Mohon tunggu...
Suparjono
Suparjono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Human Capital dan Stakeholder Relation

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengubah Bonus Demografi Menjadi Bonus Ide

15 September 2019   06:14 Diperbarui: 15 September 2019   11:17 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa  yang begitu cair, market begitu liar, segmentasi masyarakat semakin banyak variannya, komunitas - komunitas baik dalam skala kecil maupun besar dengan berbagai motif bertebaran. Kondisi tersebut dalam konteks kekinian disebut sebagai VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). 

Meskipun pada dasarnya alam semesta ini memang kondisinya demikian, hanya saja dengan adanya stimulus teknologi semua begitu cepat mengalami perubahan. 

Dalam kondisi tersebut yang dibutuhkan adalah bagaimana kita sebagai insan mampu bersaing secara sehat agar tetap eksisten dengan ide yang segar dan solutif.

Ide -- ide yang muncul dari setiap insan menjadi kemestian untuk dikelola dengan baik agar outputnya mampu menghadirkan kemaslatan umat bukan malah menjadi masalah bagi generasi saat ini maupun masa yang akan datang.

Jumlah penduduk lebih dari 265 juta orang dengan komposisi usia produktif lebih dari 60% tentu ini menjadi peluang besar bagi tumbuh dan liarnya ide yang diproduksi di negeri ini. 

Kondisi demikian tentu akan menjadi pekerjaan rumah bagi pengelola negeri ini. Perlu langkah-langkah strategis dan taktis dalam menyikapi bonus ide. Kita menyebutnya sebagai bonus ide bukan bonus demografi yang secara terminologi sering menjadi wacana terkait dengan jumlah penduduk negeri ini. 

Mengapa kita menyebutnya sebagai bonus ide, karena yang menggerakan manusia adalah ide sedangkan demografi terkesan diam dan statis karena hanya dibaca dalam konteks data dan fakta. Padahal lebih dari itu bonus ide akan menjadi ledakan yang cukup dasyat kalau dikelola dan disalurkan pada kanal -- kanal yang disiapkan dengan baik dan terintegrasi. 

Jika satu manusia mampu mengaktualkan ide yang orisinal, lalu bagaimana dengan lebih dari 60% usia produktif di negeri ini. Bonus ide begitu banyak berkeliaran dari desa sampai ke kota hilir mudik tanpa ada yang mampu menangkapnya sebagai signal kebangkitan dan kemajuan negeri ini. 

Hal tersebut terlihat dari fakta didepan mata kita bahwa sudah 74 tahun kita merdeka, tetapi kita masih menjadi Negara yang berkembang dengan tingkat konsumsi yang terus meningkat.

Kita sepertinya perlu melakukan diagnosa terhadap bonus ide yang ada di negeri ini. Diagnosis perlu dilakukan sebagai upaya untuk membuat kanal-kanal sesuai dengan ide yang ada agar dapat disalurkan sesuai dengan grand design negeri ini. 

Selain itu, diagnosis tersebut dilakukan agar setiap insan mampu membaca potensi diri dan dengan sadar bergerak pada kanal-kanal yang sudah disiapkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun