Mohon tunggu...
Sunu Purnama
Sunu Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria sederhana yang mencintai dunia sastra kehidupan.

mengapresiasi dunia...lewat rangkaian kata...^^

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ikigai and Beyond, Kebijakan Jepang Kuno bagi Manusia Modern

23 Juni 2021   20:05 Diperbarui: 23 Juni 2021   20:08 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Bagi para pelaku Yoga, Ikigai dipahami sebagai Ekagrata, Onepointedness, atau Pemusatan kesadaran pada Yoga sebagai Purpose atau Tujuan Hidup...

Dan tujuan yang dimaksud bukanlah kepentingan diri, bukan kemauan dan kenyamanan diri semata tetapi kepentingan orang lain, kemauan dan kenyamanan sesama."

- Anand Krishna

 " Untuk itu, kita mesti belajar dari Jepang. Tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya luhur khas Jepang, mereka menerima modernisasi dengan tangan terbuka dan berani meninggalkan tradisi-tradisi, kebiasaan atau adat istiadat yang tidak relevan lagi. Semua itu dapat mereka lakukan dengan baik dan tanpa benturan, karena nilai Wa yang menuntun hidup mereka." ( Halaman : 74 )

Kenapa kita perlu belajar dari negara Jepang? Apakah kita tidak lagi memiliki budaya yang luhur yang bisa kita jadikan sebuah pedoman ataukah karena kita telah melupakan budaya sendiri yang juga bisa mengantar kita memiliki  TUJUAN hidup yang mulia?

Kalau  sampeyan mau belajar Ikigai dari Jepang mesti mendengar Sensei Nan-in di awal pembuka dari buku ini. Penulis buku ini memahami betul tipikal manusia Indonesia yang agak susah untuk diajak maju bersama, karena itu di pembuka buku terbaru karya Anand Krishna ini kita disuguhi seremoni teh ajaib dari Sensei Nan-in.

Melampaui Ikigai

Jepang dan Ikigai tidak bisa dipisahkan. Saya pernah membaca buku Ikigai karya Ken Mogi Ph.D. Dan setelah membaca buku ini saya mesti mengakui dan melihat sebuah perbedaan yang ada. Seringkali Ikigai dikaitkan hanya dengan life span warga Okinawa dan pencapaian sukses pribadi yang orientasinya pada diri sendiri. 

Dalam buku Ikigai and Beyond ini ada sebuah cakrawala baru yang menarik sekali terkait dengan aspek-aspek penting yang menyangga 5 pilar penting dari Ikigai yang seringkali di lupakan atau bahkan tidak diketahui.

" Lewat buku ini, kita akan berusaha melihat sisi-sisi lain dari Ikigai. Sisi-sisi yang selama ini jarang dibahas. Sisi-sisi yang sesungguhnya adalah pilar utama." ( Halaman : ix )

Berdasarkan pengalaman tinggal selama kurang lebih 2 tahun di negeri Sakura, penulis buku ini membagikan pengalamannya menyelami Ikigai dalam keseharian hidupnya selama di Jepang.

Kita akan menjumpai istilah-istilah dalam bahasa Jepang yang merupakan pilar-pilar penting antara lain : Omoiyari, Kaizen, Zuisokukan, Hara Hachi Bu, Kokoro ire, Mottainai, Wabi Sabi, Wa dan lain sebagainya beserta penjelasannya yang menjadi menarik sekali.

Kita juga akan mengenal Jalan Para Ksatria dalam Bushido yang dipelajari penulis dari seorang biarawati ketika beliau saat itu berumur 20- tahunan Bagaimana perbedaan antara Giri dan Gishi yang merupakan semangat Bushido itu dijelaskan. Dan juga nilai2 luhur yang diterapkan oleh para ksatria sejati antara lain: Yu (Keberanian) , Jiu ( Kasih Sayang ) , Meiyo ( Kehormatan) dan lain-lain.

Tiga Bagian

Penulis membagi buku Ikigai and Beyond dalam 3 buku.
Buku pertama berisi tentang Tetsugaku - Filsafat.
Buku kedua tentang Renshu - Praktek
Buku ketika menjelaskan tentang sebuah latihan Rajio Taiso.

Selain filsafat penulis buku ini mengajak sidang pembaca untuk melakoni Ikigai dalam keseharian hidup. Filosofi Ikigai bisa dihidupi dalam keseharian, seperti yang pernah dialami sendiri oleh penulis . 

Dalam buku ini disajikan juga sebuah latihan pemanasan yang terkenal di Jepang yang di sebut Rajio Taiso. Selain membawa dampak kesehatan, latihan yang dilakukan kebanyakan masyarakat Jepang mulai dari anak-anak sampai senior citisen ini juga bisa menjaga kelenturan tubuh. Elastisitas tubuh terkait juga dengan elastisitas pikiran manusia. 

Buku yang tebalnya hanya 112 halaman ini relatif cepat habis kalau dibaca, namun isinya yang banyak pelajaran penting berisi nilai-nilai luhur yang bisa mengajak kita untuk introspeksi dan bahkan menampar muka kita sendiri ini sangat bagus untuk dijadikan bahan renungan dan semoga bisa dipraktekkan dan merubah pola perilaku manusia Indonesia.

Filsafat Ikigai ini  telah ditanamkan Nihonjin (orang Jepang) sejak dari kecil.

" Para siswa di Jepang, termasuk anak-anak TK, sudah diajarkan nilai kebersihan. Mereka tidak mengotori lantai, tidak mencoret-coret di tembok, tidak menumpahkan sesuatu, bahkan untuk membersihkan sendiri perkakas makan mereka."( Halaman :45 )

 Disiplinyang dimulai dari hal kecil ini telah membentuk karakter masyarakat Jepang. Membentuk etos kerja yang unggul. Inilah yang membuat dalam masa kurang dari 2 dasawarsa Jepang tidak hanya bangkit kembali, tetapi menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Akhir kata, sebagai penutup saya kutipkan sebuah kalimat yang indah dari buku ini,

" Kebahagiaan bisa diperoleh dari usaha-usaha kecil, dari hal-hal kecil dalam hidup kita; dari pelayanan, dari ketekunan dari kesungguhan hati..."

Rahayu...
Bukit Pelangi, Rabu, 23 Juni 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun