Mohon tunggu...
Sunu Purnama
Sunu Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria sederhana yang mencintai dunia sastra kehidupan.

mengapresiasi dunia...lewat rangkaian kata...^^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Festival Cahaya Diwali

8 November 2018   16:21 Diperbarui: 8 November 2018   16:22 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Berkahilah kami supaya meraih kesucian, kemurnian, dan Cahaya Ilahi."

~ Atarvaveda 12.2.2

( Dikutip : " Pustaka Suci Hindu " karya Anand Krishna)

Mengapresiasi perayaan Diwali merupakan sebuah hal yang menarik sekali. Perayaan yang telah ada sejak 10 ribu tahun yang lalu ini ketika Rama disambut secara meriah dengan cahaya yang menerangi seluruh Alengka. Bagaimana cahaya telah hadir untuk menerangi dunia ini, menerangi pemikiran manusia dengan segala hal yang memuliakan dirinya.

Kita berasal dari percikan cahaya yang sama. Walaupun dalam penampilan kita berbeda, warna kulit, kepercayaan dan lainnya ada perbedaan, namun itu semua tidak mengurangi esensi sejati diri kita semua.
Seperti makanan Indonesia yang populer yaitu Gado-gado. Setiap sayuran segar yang ada disatukan oleh bumbu kacang. Bumbu kacang kasih inilah yang merupakan perekat yang memperindah dan memperlezat keberagaman yang ada dalam gado-gado Indonesia.

Mengapresiasi keberagaman yang merupakan kekayaan yang penuh ini   selain kekayaan alam dan flora-fauna kita adalah sebuah sikap terbuka dari hati kita untuk terus berkarya dan bekerja. Indonesia membutuhkan semakin banyak jiwa-jiwa pengusaha yang memiliki kemauan keras mengembangkan potensi kekayaan kita yang berada nomer 2 setelah Brasil ini. Jangan hanya puas diri bersaing memperebutkan pegawai negeri.

Mari kita sejak dini mengajarkan semangat enterprenuership kepada anak-anak kita. Seperti lagu yang populer dari Sindh ini.

" Seorang anak kecil menemukan uang koin di jalanan. Tengok kanan kiri siapa pemiliknya. Bukannya buat beli permen, uang koin dibelikan rumput. Rumput diberikan sapi untuk makan. Sapi memberikan susu pada si anak. Si anak yang beruntung itu memberikan susu kepada Sang Ibu. Ibu yang kreatif mengolah susu menjadi roti. Roti dipersembahkan kepada burung. Burung langka dengan bulu keemasan memberi bulu. Bulu yang indah dipersembahkan kepada raja. Raja berucap terima kasih lalu memberi seekor kuda."

Sebuah penggambaran yang menarik tentang bagaimana usaha dibangun dari kecil. Sebuah pesan lagu anak-anak yang sangat inspiratif. Coba bandingan dengan lagu anak-anak kita semisal "Potong Bebek Angsa" atau " Si Kancil". Ada pesan tersirat tentang kekerasan terhadap hewan dan pencurian yang ada dalam lagu tersebut.

Sudah saatnya ada reformasi pemikiran dalam alam sadar kita bagaimana mengajarkan sikap-sikap mulia seperti mengasihi sesama, jujur, saling membantu dan sifat mulia lainnya. Inilah yang membuat kerajaan Sriwijaya bisa bertahan hingga seribu tahunan. Kejayaan karena memegang prinsip-prinsip mulia (Sri).

Merayakan festival cahaya adalah merayakan kembalinya cahaya kehidupan untuk bersemangat berbagi cahaya kehidupan, cahaya kebersamaan, cahaya persatuan kepada lingkungan kita, bangsa kita dan dunia kita ini.

Semoga kita semua semakin bercahaya dalam setiap pemikiran, perkataan serta tindakan...

Rahayu...

Bukit Pelangi, 8 November 2018

  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun