Mohon tunggu...
Ahmad Sunu Aji
Ahmad Sunu Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Komunikasi UIN SUKA-22107030057

Mari bersenang-senang

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Memiliki Slogan "Berhati Nyaman" Kini Berubah "Berhenti Nyaman"

5 Juni 2023   20:32 Diperbarui: 5 Juni 2023   20:37 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suk, suk pari ambruk

Lahan hijau makin dihilangkan

Ruwet, macet, Jogja berhenti nyaman

Itu adalah sepenggal lirik lagu dari Jogja Hiphop Foundation yang berjudul "Jogja Ora Didol". Lagu tersebut menyampaikan keresahan mereka akan kenyamanan Jogja yang kian susut karena pengaruh dari luar yang mengakibatkan orang-orang di Jogja kehilangan jati dirinya sebagai orang Jogja.

itu adalah keresahan orang asli Jogja yang merasa berkurang kenyamanannya karena pengaruh dari pihak luar. Selain itu, adanya kasus-kasus kejahatan dan kericuhan yang terjadi belakangan ini juga menjadi faktor susutnya kenyamanan di Jogja.

Dalam beberapa tahun terakhir, setelah adanya New Normal, kasus kericuhan di Jogja sampai saat ini terhitung sangat banyak dari tawuran antara partai hijau dan merah yang biasanya terjadi di daerah Tamansiswa, tawuran antar suporter basis utara dan basis selatan yang saat ini sudah mulai damai, tawuran antar geng sma, hingga klitih yang sasarannya sembarangan orang yang membuat warga yang menempati Jogja takut untuk keluar di malam hari.

Lalu ditambah lagi kericuhan baru-baru ini yang terjadi di Tamansiswa antara perguruan silat dengan suporter bola yang berakhir tawuran warga Jogja dengan perguruan silat karena perguruan silat yang datang merusak fasilitas umum dan menyerang warga Jogja yang tidak tahu apa-apa, seperti penganiayaan terhadap salah satu tukang parkir di Gembira Loka Zoo. Kericuhan ini disebabkan oleh salah satu anggota perguruan silat yang menegur sekelompok orang yang diduga suporter bola yang memutar musik terlalu keras hingga terjadi pengeroyokan pada Minggu (28/5/2023) di Jalan Parangtritis, Kapanewon, Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengeroyokan ini menyebabkan anggota lain tidak terima.

dokpri/foto pasca kejadian
dokpri/foto pasca kejadian

Dampak dari kasus pengeroyokan tersebut mengakibatkan anggota perguruan silat lain pun tidak terima. Bahkan hingga anggota perguruan silat dari luar Jogja pun ikut datang ke Jogja dan terjadi tawuran pada Minggu (04/6/2023). Banyaknya massa yang mengikuti tawuran tersebut mengakibatkan warga Jogja dan warga luar Jogja yang bekerja di Jogja pun ikut terkena dampaknya. Bahkan di salah satu media menyebutkan ibu-ibu menangis karena rusaknya salah satu pendopo di daerah Tamansiswa yang memiliki nilai warisan sangat berharga bagi warga Jogja.

Berdasarkan update terbaru, dikabarkan bahwa ketua dari kedua belah pihak yang terlibat dalam kericuhan telah sepakat berdamai. Selain itu, para oknum penyebab kericuhan yang terjadi juga telah diamankan oleh pihak Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY).

Langkah damai ini menjadi harapan bagi masyarakat Jogja dan pihak terkait untuk mengakhiri konflik yang telah merusak kenyamanan dan keamanan kota. Kerjasama antara pihak kepolisian, pemerintah, dan masyarakat sangat penting dalam menjaga perdamaian dan memulihkan keadaan di Jogja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun