Mohon tunggu...
Sunny Lee
Sunny Lee Mohon Tunggu... -

Seorang pemikir muda berusia 18 tahun yang belum jadi pemikir beneran. Mempelajari bidang filsafat, sejarah, sosio-antropologi, mitologi, xenologi, psikologi, dan teologi agama-agama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Back to History

10 Juni 2014   06:01 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:26 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"History is written by the victors."

Saat ini sedang ramai dengan kampanye capres dan cawapres yang diusung oleh berbagai partai hasil koalisi. Masing-masing pendukung dari kedua kandidat capres dan cawapres tersebut banyak yang saling menjatuhkan, berdebat, bahkan ada beberapa yang melakukannya dengan suap. Fanatisme terhadap capres dan cawapres yang didukung semakin kuat, dan banyak yang mengumbarkannya keberbagai media sosial ataupun melalui ucapan dari mulut ke mulut. Namun saya sering bertanya-tanya, apa yang mendasari fanatisme tersebut dan apakah orang-orang yang fanatik tersebut telah mengetahui sejarah dan latar belakang capres-cawapres yang didukungnya dan kandidat capres-cawapres lainnya?

Memang, di era pesta demokrasi ini kita sebagai rakyat harus selektif memilih pemimpin yang tepat untuk 5 tahun kedepan. Banyak sindiran-sindiran, hujatan-hujatan, dan saling menjatuhkan pamor kedua capres dan cawapres kita yang bertebaran, atau yang biasa disebut dengan black campaign atau kampanye hitam. Tentunya dengan banyaknya kampanye hitam, kita harus semakin cerdas untuk memilih calon pemimpin. Kampanye hitam tidak hanya menyerang media sosial, tetapi juga menyerang media yang saat ini sudah 'dikotori' oleh berbagai kepentingan politik. Saya yakin, dan memang sudah terbukti, kampanye hitam bisa memelintir paradigma rakyat. Untuk membersihkan paradigma masyarakat dari berbagai kampanye hitam,  menurut saya hanya satu ada satu pilihan, yaitu MEMPELAJARI SEJARAH. Untuk mempelajari sejarah kita juga harus selektif, karena banyak sejarah yang ditulis oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingannya sendiri.

Lantas, bagaimana kita mempelajari sejarah yang bersih dari kepentingan penguasa dan oknum-oknum lainnya? Tentu, kita harus mengetahui sumbernya, oleh siapa sejarah itu ditulis, dan bagaimana pandangan dari seorang penulis sejarah tersebut. Selama ini kita sebagai generasi muda telah menelan mentah-mentah sejarah yang ditulis oleh orang-orang bawahan penguasa untuk berbagai kepentinganya. Saya membedakan sejarah menjadi 2 tipe, yaitu Sejarah Mainstream dan Sejarah Non-Mainstream. Sejarah Mainstream menurut saya adalah sejarah yang selama ini sering kita dengar, namun belum tentu mencapai fakta dan kebenaran yang sesuai dengan ciri dari sejarah itu sendiri. Karena sejarah ini adalah sejarah yang telah dikotori oleh kepentingan politik atau kepentingan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Sejarah Non-Mainstream adalah sejarah yang sesuai dengan fakta, namun masyarakat banyak yang belum mengetahuinya, yang disebabkan oleh sumber-sumber sejarah yang ditutup-tutupi, saksi sejarah yang dibungkam, dan semacamnya.

Tipe sejarah manakah yang selama ini anda dengar atau pelajari? Apapun tipe sejarah yang anda pelajari, tentunya tidak harus mempelajari sejarah tentang apa yang anda pihak, namun harus mempelajari juga sejarah dari lawan. Bukankah seorang penakluk berhasil menaklukan taklukannya karena mempelajari sejarah?


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun