Mohon tunggu...
Sunardian Wirodono
Sunardian Wirodono Mohon Tunggu... profesional -

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Para Relawan Asap

27 Oktober 2015   09:28 Diperbarui: 27 Oktober 2015   09:28 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pasti cerita semacam di Kalimantan Tengah ini, juga bisa kita temui di beberapa daerah, di Riau, Palembang, Pontianak, Papua dan lain sebagaimana di mana terjadi bencana. Hanya sering kita tidak membacanya, karena memang tidak dituliskan.

 

Catatan Tambahan:

Saya berterima kasih, tulisan saya kemarin, tentang ‘Para Relawan Asap’, yang mulai saya posting di fesbuk 26 Oktober 2015 jam 15:45, dalam waktu 17 jam kemudian (pas saya menulis ini) telah di-like dan di-shared oleh 25.000 lebih akun, yang masing-masing, dari semua itu, menciptakan viral-nya sendiri-sendiri. Tulisan itu juga telah diminta, ada juga dikopas tanpa ijin, beberapa media mainstream dan media online.

Rekor yang membanggakan dalam bermedsos? Bukan itu, dan tidak penting. Yang ingin saya ungkapkan, adalah keharuan dan kebanggaan. Bahwa masih banyak teman-teman yang mengapresiasi niatan-niatan baik, perbuatan-perbuatan baik. Bukan hanya pada teman-teman Sekolah Relawan, Jumpun Pambelon, tetapi juga atas niatan-niatan baik dan perbuatan-perbuatan baik, bagi semangat kebersamaan dan kemanusiaan kita.

Kita semua tahu, bahwa situasi ini, kebakaran hutan dan lahan, adalah ujung-ujungnya pada lemahnya penegakkan hukum (baik adat maupun negara) kita. Dan kita juga tahu, agenda apa yang mesti didesakkan pada para pemangku kebijakan. Tetapi, 40-an juta korban kebakatan hutan dan lahan, tidak membutuhkan perdebatan. Hal itu membutuhkan pertolongan, tindakan, setidaknya kepedulian, perhatian, doa, dan berbagai bantuan untuk mengatasinya.

Tulisan saya tentang ‘Para Relawan Asap’ adalah apresiasi terhadap inisiasi-inisiasi masyarakat, dalam ikut serta menanggulangi akibat bencana. Hal ini penting, karena Negara yang kuat juga karena rakyatnya yang kuat.

Inisiasi-inisiasi kebaikan dari masyarakat ini, kurang diapresiasi oleh media massa mainstream (apalagi media online) kita, yang sudah terjebak pada kepentingan-kepentingan sempit. Di penelitian berbagai negeri, pers yang terjebak kepentingannya sendiri, bukan lagi lembaga yang terpercaya untuk kemaslahatan umat.

Jika tulisan ‘Para Relawan Asap’ diapresiasi dan dibagikan oleh banyak teman, bisa jadi karena kita semua rindu datangnya super-hero di antara kita. Untuk hal-hal yang kita tidak tahu, tidak ahli, dan hanya bisa menyerahkan pada para pahlawan berkeahlian dan berkeberanian itu. Mendukung mereka adalah kebutuhan psikologis (dan sosiologis) yang bisa dimengerti. Di beberapa Negara, seperti Eropa dan Amerika, tindakan para relawan selalu mendapatkan apresiasinya. Lebih karena kita memang selalu membutuhkan superhero, dan juga pembelaan serta kehendak membersama pada kebaikan.

Sekolah Relawan dan Jumpon Pambelon, bukan satu-satunya. Ada banyak relawan dan komunitas anak muda di Riau, Palembang, seantero Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan di banyak tempat, yang melakukan hal-hal yang sama. Mereka bekerja dengan cara masing-masing. Tidak ada urusan dengan kekuasaan dan politik. Karena bukan itu agenda cinta dan kemanusiaan kita.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun