Mohon tunggu...
masunardi
masunardi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

hanya dosen jelata...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rencana Formalisasi Deforestasi Hutan Menjadi Lahan Pertanian oleh Capres…

16 Juni 2014   14:46 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:32 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14028795851900921336

Pertanyaan saya, kenapa peningkatan pertanian bukan melalui intensifikasi lahan dan optimalisasi lahan marginal atau submarginal tetapi malah kearah pengubahan fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan?4 juta hektar hutan diubahmenjadi lahan pangan dan bioetanol bukan langkah yang bijak, karena keberadaan hutan harus dipertahankan bagaimanapun caranya demi keseimbangan hidup.Belajar dari Jepang yang tetap mempertahankan keberadaan hutan meski menjadi kiblat teknologi dunia.Di tempat saya sekolah saat ini, Tochigi prefecture, ternyata luas hutan mencapai lebih dari 70% luas daerah yang ada, padahal pertanian berkembang pesat mulai dari padi, holtikultura serta buah-buahan.Tochigi adalah salah satu daerah penghasil buah Strawberry dan Lemon yang menjadi andalan Jepang.

Daripada mengubah hutan kenapa tidak mengubah lahan tidur menjadi bangun dan produktif? Kalimantan sendiri memiliki lahan sub marginal berupa rawa dan gambut yang luar biasa luasnya yang sampai saat ini belum optimal (Kalsel memiliki lahan rawa lebih dari 33 juta hektar).Program satu juta hektar lahan gambut untuk pertanian yang dicanangkan Pak Harto puluhan tahun yang lalu terbengkalai, padahal Sumatera, Kalimantan dan Papua akan menjadi makmur jika optimalisasi lahan gambut berhasil.Perkebunan sawit di Kalimantan yang pada awalnya berjanji menggunakan lahan gambut ternyata lama-lama tergiur dengan hijaunya hutan yang ada, apakah alih fungsi lahan hutan itu akan secara resmi dikeluarkan jika salah satu capres terpilih sesuai dengan programnya? Perlu di catat, laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya.

Sebenarnya yang diperlukan untuk peningkatan pertanian adalah peningkatan pemanfaatan hasil riset dan teknologi serta regulasi yang jelas untuk membatasi alih fungsi lahan pertanian menjadip ermukiman.Perubahan lahan pertanian yang ada menjadi permukiman saat ini menjadi sangat mengkawatirkan, ratusanribu hektar sawah menjadi perumahan tampak nyata terjadi disemua propinsi seiring dengan cerahnya bisnis property.Kenapa Prabowo tidak membuat program konversi lahan marginal menjadi optimal, malah mengubah lahan konservasi menjadi pertanian yang pada akhirnya juga akan diikuti oleh perubahan lahan permukiman.Jika ada hutan yang rusak maka harus diperbaiki dan di jaga untuk anak cucu kita.Tahun 80an kita terkenal dengan hutan kita yang sekaran sudah semakin berkurang, tahun 2000an terkenal dengan batu bara kita yang sekarang juga semakin berkurang, apakah untuk menjadi macan asia harus menghilangkan hutan yang sebenarnya menajdi potensi.

Kita harus sadar, keberadaan hutan tropis kita sangat di irikan oleh Jepang dan beberapa negara eropa, karena dengan karunia 2 musim, pertumbuhan hutan relative sangat cepat sehingga jika pengelolaan hutan benar, maka hidup kita bisa bertumpu pada hutan (pohon usia 7 tahun bisa memiliki diameter lebih dari 30cm.Bandingkan dengan Jepang dengan 4 musimnya, yang harus memelihara pohon sekitar 50 tahun untuk memanen karena menunggu berdiameter 20 cm.Jepang relatif sangat eksis dalam persediaan sumber daya alam berupa hutan.

Jangan mencari jalan mudah menghilangkan hutan untuk pertanian, karena semuanya bisa, kehebatan pemimpin adalah ketika bisa mengubah yang tak berguna menjadi bermanfaat, lahan gambut misalnya…Akh…mungkin semua capres ingin tampak hebat dengan angka-angka yang fantastis, tanpa melihat kerusakan yang juga nanti akan sangat fantastis…Saya cukup heran dengan program capres dari partai Gerindra ini, padahal Ketua Umum Gerindra adalah mantan Dekan Fakultas Kehutanan UGM yang seharusnya sangat paham kondisi dan pentingnya hutan demi SDA yang berkelanjutan…Kemudian saya jadi ingat, O iya, capres ini kan penguasa ribuan hektar kelapa sawit di Kalimantan, termasuk koleganya dari partai Golkar…mungkin itu maksudnya…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun