Sebagai sebuah produk rumah tangga wadah plastik berkualitas, Tupperware diperkenalkan ke khayalak umum pada 1946. Tupperware pertama kali dibuat oleh Earl Tupper (1907 -- 1983), seorang ahli kimia di Amerika.Â
Tupper, yang selanjutnya menjadi nama produk membuat suatu wadah plastik yang dipergunakan dalam rumah tangga untuk menyimpan makanan dan membuatnya kedap udara dengan menggunakan penutup inovatif untuk menjaga makanan tetap segar.
Salah satu paten penting dari produk itu adalah seal penyekatnya yang dikenal dengan sebutan "burping seal", yang merupakan ciri khusus terkenal dari produk-produk Tupperware, yang membuatnya sangat berbeda dengan produk-produk sejenis.
Namun inovasi yang dibuat oleh Tupperware pada awalnya tidak banyak menarik perhatian pasar. Baru pada tahun 1950-an, setelah Brownie Wise (sebelumnya adalah agen penjualan Stanley Home Product) bergabung dan memasarkan Tupperware dengan penjualan langsung melalui strategi Tupperware Home Party, penjualan meledak dan Tupperware mulai dikenal hingga mendunia.
Selain strategi Tupperware Home Party, kejayaan produk Tupperware juga tidak terlepas dari penggunaan sistem pemasaran berjenjang atau MLM (Multi Level Marketing), yakni cara memasarkan produk dengan membangun sistem keagenan melalui keanggotaan sehingga pengguna produk dapat sekaligus ikut bergabung menjadi tenaga pemasarannya.Â
Sistem itu membangun tradisi yang dikenal dengan sebutan Assembly yang diadakan di setiap distributor Tupperware dan diadakan secara rutin. Tradisi tersebut diperkenalkan sebagai sarana untuk memberikan penghargaan kepada para penjual, perekrut terbaik, baik untuk individu maupun secara team dan organisasi. Prinsip ini pada masanya merupakan sistem pemasaran paling laris yang digunakan oleh banyak perusahaan.
Di Indonesia sendiri terdapat banyak perusahaan menggunakan sistem MLM, yang beberapa di antaranya sempat populer dan berkembang pesat. Tupperware adalah salah satu diantaranya. Selain Tupperware ada PT CNI atau Citra Nusa Insancemerlang, Melia Sejahtera atau Melia Nature Indonesia (MNI), Tianshi dan Sophie Martin.Â
Tupperware dengan strategi Tupperware Home Party dan MLM-nya, pada dasarnya adalah cara memasarkan produk dengan membangun komunitas berjejaring. Di Indonesia misalnya, Tupperware membangun komunitas lewat arisan, yang pada umumnya adalah arisan ibu-ibu.Â
Tetapi dengan kolaborasi kedua sistem itulah Tupperware membangun komunitas, konsumen keluarga, branding dan kejayaannya. Membangun sebuah hegemoni produk berbasis komunitas-MLM. Hegemoni produk berbasis komunitas-MLM ini pulalah yang membuat banyak produk yang dijual dengan sistem MLM dan komunitas pada masanya mengalami perkembangan pesat.Â
Kini Tupperware tutup meskipun komunitas yang telah dibangunnya masih ingin Tupperware tetap ada. Dibalik penghentian resmi seluruh aktivitas Tupperware pada 31 Januari 2025, banyak beredar informasi terkait penyebab tutupnya Tupperware, baik berdasar data, fakta, analisa maupun opini semata. Â