Karakteristik solutif yang diberikan pengaruh karakteristik lainnya dalam generasi topping, yakni karakteristik manipulatif, pada akhirnya bisa mengubah cara berpikir logis manusia menjadi terbalik-balik.Â
Faktanya, solusi yang dimanipulasi mengubah kegiatan sosial donasi menjelma menjadi sosialaba. Mengubah bantuan sosial untuk kebutuhan tertentu menjadi laba atau keuntungan finansial pribadi.Â
Dengan cara menginjeksi ilusi digital magnetis ke dalam konten-konten pembuka donasi yang berisi informasi terkait kesedihan, rasa iba atau kemiskinan yang mampu menggugah empati manusia.Â
Ilusi digital magnetis bahkan membuat kekayaan dan flexing kini dapat memengaruhi manusia sampai berkenan melakukan donasi kepada orang tersebut meski sudah dikenal mampu secara finansial. Lalu bagaimana mencegah tipu daya sosialaba agar ikhlas dan aman beramal?
Antara ikhlas beramal dan aman beramal boleh jadi berangkat dari semangat yang sama, yakni semangat berbagi, memberi bantuan sumbangan atau sedekah baik berupa uang maupun barang kepada orang yang membutuhkan.Â
Bedanya, orang yang menanamkan diri ikhlas dalam beramal diajarkan untuk rela melepaskan apa yang telah diberikan kepada orang lain sebagai ladang amal sehingga memandang semua penerima bantuan adalah orang-orang yang berhak menerima atau sudah sesuai dengan ketentuan syariatnya.Â
Sementara aman beramal merupakan cara seseorang menanamkan kewaspadaan terhadap tipu daya orang-orang yang mencoba menempatkan dirinya sebagai orang yang berhak menerima donasi di luar ketentuan syariat.Â
Sebab setelah mengetahui banyak orang atau kelompok orang mulai menyalahgunakan aktivitas donasi sebagai sosialaba, seorang yang hendak berbagi atau beramal sepatutnya mulai melakukan tindakan mencegah terhadap tipu daya sosialaba agar ikhlas beramal bersamaan dengan hadirnya rasa aman dalam beramal.Â
Adapun tindakan pencegahan yang perlu diketahui dan dilakukan untuk mengindar dari tipu daya sosialaba agar ikhlas dan aman beramal adalah sebagai berikut:
1. Kenali ciri-ciri orang atau kelompok orang yang menggalang donasi. Dalam konteks digital, seseorang atau kelompok orang yang telah memiliki nama atau dikenal justru lebih memiliki potensi sosialaba lebih besar.Â
2. Sebisa mungkin melakukan verifikasi terhadap kebutuhan orang atau kelompok orang yang membuka donasi dengan kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Misal: seseorang atau sekelompok orang yang membuka donasi untuk biaya perobatan, yang perlu diverfikasi adalah jejak digitalnya, riwayat dokter/pengobatannya, informasi penyakitnya termasuk bukti otentik serta ketidakmampuannya membiayai perobatan.Â