Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Agelaste, Melawan Problematika Demokrasi Tanpa Hiburan dan Tawa

26 Februari 2024   19:41 Diperbarui: 27 Februari 2024   18:42 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks parlemen, politik dan demokrasi, aspek hukum adalah salah satu bentuk yang bisa mendeskripsikan diri sebagai sosok agelaste.

Sebab aspek hukum tidak pernah akan bisa dipengaruhi, disikapi atau direspon dengan penghiburan atau tertawa.

Problematika demokrasi tidak dapat dilawan dengan komedi. Tidak mampu  dipecahkan atau dicarikan solusi hanya dengan menghibur dan membuat para pelaku demokrasi tertawa. Masalah demokrasi cuma bisa diselesaikan oleh aksi dan eksekusi.

Oleh karena itu, aspek hukum adalah aksi dan eksekusi setelah cara lain termasuk kritisi menemui jalan buntu. Hukum adalah cara melawan problematika demokrasi tanpa menghibur dan tawa. Hukum merupakan sosok agelaste dalam politik dan demokrasi.

Namun kabar buruknya, dalam perlawanannya tanpa unsur penghiburan dan  tawa, aspek hukum ketika berada di tangan penguasa justru bisa menjadi pisau yang membedah unsur kebalikannya dengan memanfaatkan hukum itu sendiri untuk dilahirkan sebagai problematika demokrasi.

Realitanya pada pemilu kali ini, agelaste dalam bentuk hukum dapat menghadirkan problematika demokrasi melalui keputusan Mahkamah Konstitusi (MK)  atas judicial review tentang Undang-Undang dan pasal batasan usia pencalonan capres-cawapres.

Meskipun lewat agelaste hukum juga, keputusan atas hal tersebut dinilai sebagai pelanggaran etik berat melalui Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), akan tetapi malangnya, hasil putusan MKMK tidak bisa mengubah isi putusan MK atas judicial review sehingga agelaste hukum seolah tidak berdaya untuk putusan tersebut.

Akhirnya, ketika putusan MK sebagai sosok agelaste yang bisa melahirkan problematika demokrasi itu berlanjut sampai ke tahap kemenangan sang calon yang diuntungkan oleh isi putusan MK, agelaste hukum akan kembali melakukan perlawanan dengan mengajukan hak angket atas dugaan kecurangan pemilu. Berhasilkah peran agelaste hukum kali ini? 

Jikapun tidak berhasil, paling tidak, keberadaan para agelaste dan esksistensi hukum sebagai bentuk agelaste dalam demokrasi menunjukkan bahwa ada hari yang bisa berguna meskipun tanpa tawa.         

Referensi

https://haisa.wordpress.com/2008/06/05/agelaste/

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/09/27/bing-slamet-menghibur-prajurit-kemerdekaan-dengan-tawa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun