Namun menarik untuk mengangkat kembali pendapat sang Crazy Rich tersebut dari perspektif kemiskinan. Orang miskin seringkali terpinggirkan, terbuang, dipandang hina, lemah dan dinilai tidak memiliki apa-apa selain harga diri. Itu pun jika tidak dijual. Belakangan, kemiskinan malah menjadi komoditas paling seksi yang dikemas dalam konten-konten yang tampak elegan demi mendulang keuntungan.
Maka berangkat dari kata "hak" dan ungkapan bahwa "setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama", Â juga sebagai bentuk perlawanan terhadap komodifikasi kemiskinan, satu-satunya hak yang bisa disetarakan sebagai hak istimewa dari kemiskinan adalah melawan.Â
Hak itulah yang kemudian memungkinkan kemiskinan menjadi bentuk privilese bagi setiap individu yang terlanjur kecewa bukan karena kemiskinannya, melainkan kecewa dengan perlakuan orang-orang yang berada dalam kondisi sebaliknya atau kaya. Â
Melawan segala bentuk  kapitalisme dalam konteks sekarang sebut saja 'digitalisme', menjadi sebuah upaya perlawanan dengan menebarkan opini yang bersifat kontroversi atau sensasi yang tentu saja seharusnya bukan dengan pembuktian yang negatif.
Melawan orang-orang yang dengan hak istimewanya, menggunakan hak tersebut untuk mengambil semua porsi kehidupan tanpa mau berbagi. Melawan untuk membuktikan bahwa seseorang yang hanya berbekal bambu runcing (miskin=privilese) bisa menang, merdeka, meraih pencapaian, hasil atau sukes ketika berhadapan dengan orang bersenjata lengkap dan modern sekalipun.Â