Mohon tunggu...
Sumarjiyati sumarjiyati
Sumarjiyati sumarjiyati Mohon Tunggu... Seorang Guru PAI SD yang menyukai dunia literasi. Suka menulis dan membaca.

Menulis baginya sesuatu yang buatnya bahagia, bahagia bisa berbagi, menulis bisa memanjangkan umur dan mengukir sejarah. Tulis yang kamu lakukan lakukan yang kamu tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau Tinggalkan Rindu di Tepian Senja

5 Oktober 2022   11:18 Diperbarui: 5 Oktober 2022   11:33 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiada hari-hari yang aku lalui tanpa senyummu, candamu, tangis dan tawa  selalu menghiasi. Berharap semua akan selalu menyertai langkah kita. Sebagai hambanya tentu aku bersyukur dengan semua itu. Sekuat dan semampu apa kita menjaga semua namun kita tidak lepas dari takdirnya. Hingga suatu ketika dalam perjalanan acara hajatan tetangga. Kecelakaan terjadi sampai akhirnya Allah berkehendak memanggilmu.

Sesak di dada nafas terasa berhenti, awan gelap, dunia terasa berhenti berputar. Tak kuasa aku rasakan sampai akhirnya aku tak sadarkan diri. Butuh waktu  untuk bisa bangkit dan berdiri kuat menapak jalan tanpamu disisiku.  Apa yang aku kawatirkan terjadi kau pergi lebih dulu meninggalkanku. Allah lebih sayang padamu. Seperti dalam mimpi rasanya baru kemarin kita menikmati indahnya mentari pagi sampai senja menemani sore kita serta kerlip bintang di malam hari.

Berat memang, sakit itu pasti, tapi apa dayaku, semua yang hidup pasti akan mati. Apa yang kita punya semua adalah milikNya. Kapan pun kita harus siap untuk kehilangan. Dan merindumu selalu aku rasakan. Tak ingin sedetik pun aku berlalu jauh darimu. Mengenangmu adalah caraku agar selalu dekat denganmu.

Hidup sebagai single paren tidak mudah, banyak godaan dan hambatan kulalui, hanya bisa berpasrah pada ilahi rabbi. Allah akan selalu kasih jalan untuk hambanya yang berusaha. Untuk mencukupi kebutuhan hidup insyaAllah ada jalan. Yang membuat sakit adalah ketika aku mendengar suara-suara yang menyudutkan diriku. Maklum selama di tinggal suamiku aku belum bisa bersosialisasi dengan baik seperti dulu. Mereka memandangku seperti mereka tidak merasakan betapa aku kehilangan suamiku.

***

Tiga musim telah berlalu tanpa dirimu di sini. Hidup dengan sejuta harap dengan tapak-tapak sayap yang telah kau tinggalkan. Mencoba untuk bertahan kuat dan terus melangkah karena hidup tak cukup sampai disini. Hal yang terindah telah terlewati canda tawa bahagia tangis pilu menghiasi perjalanan langkah kita. Dan tiba waktunya takdir telah mesisahkan kita, namun rasa itu akan tetap selalu ada walau kau telah pergi jauh dan tak kan kembali.

Rindu tak di ciptakan oleh jarak namun oleh perasaan, merindukan bukan karena jauh namun karena ia telah ada di dalam hati. Selamat tinggal hanya untuk mereka yang suka dengan mata mereka, karena bagi mereka yang suka dengan hati dan jiwa tidak ada hal seperti pemisah.

 Untuk saat ini aku hanya bisa jalani hidup sendiri bersama dua buah hati. Mereka adalah semangat bagiku. Tiada yang dapat menggantikan dirimu di hatiku namun aku serahkan hidup dan matiku pada-Nya. Dia sang pemilik jiwaku. Dia tahu mana yang terbaik buat semua hambanya termasuk diriku.

Tak perlu risau pada apa yang belum terjadi, tak perlu terpuruk dalam penyesalan masa lalu, waktu akan terus berjalan sekalipun manusia akan berdiam di tempat yang sama.

Ia tak kan menunggu kaki manusia melangkah ia tak akan peduli langkah apa yang manusia ambil. Tak perlu menjelaskan apapun di kala telinga tak mau mendengar. Semua akan berjalan sesuai dengna takdirNya. Tak perlu dengarkan orang lain. Baik dan buruk selalu saja mereka binjangkan. Aku hanya ingin di mengerti jangan kalian memandangku sebelah mata. Percaya saja suatu saat kebenaran akan menemukan jalannya sendiri,kita hanya perlu melangkah dengan tenang, berdoa dan berusaha yang terbaik.

Di dalam dekapan sang senja, diriku mengharapkan sebuah asa, yang dapat membuat semesta yang fana menjadi semesta yang penuh warna. Ku sandarkan harapan pada dua buah hatiku kuserahkan jiwaku sepenuhnya pada Allah Swt. Semua telah menjadi takdirNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun