Sapi, Syariat, dan Solidaritas
Fenomena sapi sebagai simbol gengsi menunjukkan bagaimana praktik ibadah bisa dipengaruhi oleh struktur sosial dan budaya konsumsi. Kurban, yang sejatinya ibadah penuh makna spiritual, rentan terdistorsi menjadi ajang pencitraan. Ketika makna spiritual tergeser oleh motif sosial, maka kita perlu refleksi mendalam: untuk siapa sebenarnya kurban kita?
Iduladha seharusnya menjadi momentum menyatukan, bukan memisahkan. Memilih sapi atau kambing bukan soal kelas, tapi soal kemampuan dan keikhlasan. Semoga kurban kita kembali pada esensinya: ibadah yang membawa manfaat, bukan beban, bagi sesama.
Depok, 28/5/2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI