Mohon tunggu...
Sulistiyo Hadi
Sulistiyo Hadi Mohon Tunggu... Guru seni -

Minat pada dunia pendidikan, kesenian dan sosial keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanpa 'tanda' jasa

18 April 2015   22:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429373164508843548

Setiap ketemu teman atau tetangga yang menanyakan kerjaanku. Saya selalu menjawab lesu, karena aku hanyalah seorang guru. Hanya guru TK dan SD. Tepatnya hanya seorang guru ekstra lukis dibeberapa TK dan SD. Pagi jam 08.00 - 11.00 WIB  mengajar di TK, jam 11.00-14 WIB  mengajar di SD.  Detailnya kalau hari Senin mengajar di RA Masyithoh Pangukan Sleman dan SD Muh Gondanglegi Tempel, Selasa di TK ABA Sleman kota dan SD N Ngetal Seyegan, Rabu di TK ABA Sidoharjo Turi dan SD N Keceme ditambah SDIT Ibnu Abbas Godean, Kamis di TK ABA Ngabean I dan SD Muh Ngabean I, Jumat di TK Pembina Pertiwi Gondanglegi Tempel, Sabtunya di TK ABA Mlangi dan SD Muh Mlangi Gamping.

Pertanyaan selanjutnya pasti, " sudah diangkat belum ?". Aku jawab belum. Gimana mau diangkat, sedang format pengangkatan untuk guru ekstra itu tidak ada, bahkan tidak pernah ada. Yang ada hanyalah guru kelas, guru olah raga atau guru agama.

"Sudah sertifikasi belum ?"   Belum. " lha, kok ?" Gimana mau sertifikasi, sedang format sertifikasi untuk guru lukis TK/SD juga tidak ada. Yang ada itu cuma sertifikasi  untuk  guru seni rupa SMP, SMA atau dosen seni rupa. Sertifikasi untuk guru kelas, guru olah raga atau guru agama.

"Tapi dapat insentif dari pemerintah, tho ?  Tidak.  " Lha, kok ?" Sekali lagi, yang dapat insentif itu  hanya  yang jadi guru kelas, guru olah raga, guru agama, ditambah tukang kebun dan penjaga malam. "Blaik no ! "   Ya, Blaik ! Bahkan dengan tukang kebun dan penjaga malam pun saya  kalah. Dulu katanya guru ekstra bisa dapat insentif  dengan cara mengumpulkan SK tugas dan jam mengajar dari beberapa sekolah. Tapi kenyataanya  tidak, dengan alasan pihak dinas sulit mengurusnya. " Kujur kalau begitu !"  Ya, kujur !

"Tapi, khan dapat honor dari mana-mana ?"  Ya, betul. Tapi lihat saja ?! Kumpulan penghasilan itu kenyataanya tetap  lebih minim dari UMR, bahkan kurang. Apalagi kalau sekolah ada acara, guru ada acara, rapat-rapat yang sering sekali, rapat gugus, IGRA/IGABA tingkat kecamatan/kabupaten, pengajian, ada lomba, gebyar  dll.  "Guru ekstra libur dulu, ya !" Tentu penghasilan jadi kosong.

Guru ekstra ya,kerja ekstra ! Sering sekali guru-guru dinas itu sudah pulang, saya masih berjibaku mengajar anak-anak. Bahkan sampai sering ke rumah anak untuk menyelesaikan suatu tugas, dan waktunya kadang sampai maghrib. Edan ra ?! Kerja ekstra seperti itu kadang sangat sekali tidak sebanding pula  dengan upah yang diberikan oleh  pihak sekolah. Bahkan  upahnya juga sering molor, baru  dibayar dua atau tiga  bulan kemudian. Cen,kudu sabar tenan !

Proses itu saya jalani mulai 2001 samapai sekarang. Berarti saya mengajar 750 anak dari jumlah 32 kelas, lebih dari 30 jam  dalam seminggu tersebut sudah hampir 14 tahun. Dan berkat kerja ekstra kalau dihitung anak didik  telah mendapatkan  1000 ( seribu) lebih piala kejuaraan lomba. Ironisnya, mungkin sekarang  saya sudah tidak masuk data pendidik lagi, karena sudah tiga tahun ini kepala sekolah tak ada yang bisa  mengurus data saya karena kedudukan saya yang hanya guru ekstra.  Dan saya pun akhirnya  tidak dapat sertifikasi dan tidak dapat insentif, serta jangan sekali-kali  berangan  jadi guru PNS. Betul-betul, jadi guru tanpa tanda dan tanpa tanda  jasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun