Mohon tunggu...
Sulhayat Takdir
Sulhayat Takdir Mohon Tunggu... -

sekarang tinggal di Kota Parepare,sulsel. pernah bekerja di majalah fakta surabaya, majalah polda sulsel (pallawalipu),tabloid revolusinews,penulis, tercatat sebagai anggota pwi cabang sulsel.Sekarang Direktur Komisi Nasional Pengawas aparatur Negara (Komnas Waspan)Provinsi Sulsel (http://komnaswaspansulsel.blogspot.com).Portal Berita saya bisa diklik di kantor berita online kabarsulawesi (http://www.kabarsulawesi.com. E-mail:kbrsulawesi@gmail.com - sulhayat.revnews@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepemimpinan dan Filosofi Bugis

27 Januari 2011   18:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:07 1535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hakekat pembangunan, adalah perbaikan isi pikiran manusia. syarat utamanya, bahwa suatu negara dalam program pembangunan nasional adalah energi, skill dan karakter. untuk membangun, di perlukan isi pikiran manusia lebih dahulu. Cara demikian ditempuh bangsa Jepang karena telah membudaya faham Bushido sama dengan pengertian siri’ (malu).

Dipandangan hidup orang-orang Sulawesi Selatan, mengandung etik pembedaan antara manusia dan binatang, dengan adanya harga diri dan kehormatan yang melekat pada manusia dan mengajarkan moralitas kesusilaan berupa ajaran, larangan, hak dan kewajiban yang mendominasi tindakan manusia untuk men jaga dan mempertahankan harga diri dan kehormatan.

Siri’, adalah hasil proses en dapan kaidah yang diterima dan berlaku dalam lingkungan masyarakat, sebagai per tumbuhan berabad-abad sehingga mem budaya. Maka siri’ tak mungkin sama dengan kejahatan. Rasa harga diri dan kehormatan sebagai esensi siri’ secara implisit mem bawa pengertian Malu. Suatu rasa yang timbul akibat adanya perkosaan terhadap harga diri dan kehormatan. Siri mewajibkan adanya tindakan terhadap penyebab timbulnya malu.

Dalam ungkapan buku karangan Dr. Shelly Errington, bahwa hanya dengan Siri kita disebut manusia. Jika itu tak ada Siri, bukan lagi kita manusia. Kita hanya bernama orang-orangan. Ungkapan Dr. Shelly ini ter kenal di Sulwesi Selatan.

Bahwa Siri menempati posisi sentral dalam kerangka sistem nilai budaya Sulawesi Selatan yang dapat diketahui dalam ungkapan-ungkapan leluhur Sulawesi Selatan lewat penafsiran Dr. B. F. Mattes : “Hanya karena Siri’ ku maka aku mempertuanmu, gila tuanku mencabutnya maka hubungan antara kita putus dan aku tak menghiraukan nyawamu lagi”.

Sedangkan Prof. Dr. Mr. Zainal Abidin, seorang sejarawan dan Budayawan Sulawesi Selatan berpendapat, di masyarakat Sulawesi Selatan banyak ditemukan nilai-nilai budaya, dan yang paling fundamental adalah :

Siri’ merupakan pandangan hidup yang bertujuan untuk mempertahankan dan me ningkatkan harkat dan harga diri, baik sebagai individu, maupun sebagai mahluk sosial.

Pesse (Bugis), (Makassar), dapat diartikan sebagai perasaan yang halus dalam memelihara rasa kebersamaan dalam kedukaan dan penderitaan setiap anggota masyarakat.

Were (Bugis), Sare (Makassar), bermakna bahwa hanyalah dengan bekerja keras tanpa bosan yang dapat merubah nasib seseorang.

Seorang yang dibesarkan dalam lingkungan adat Bugis yang demokrasi, harus memiliki kepekaan dan responsif dalam memahami dinamika perkembangan masyarakat.

Sepereti ajaran lontara dengan satu sikap, bahwa “Kepemimpinan dari Pemimpinnya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun