Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan 4 MDPT: Novelty dan Vuca?

14 November 2022   18:10 Diperbarui: 14 November 2022   18:14 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri [2022] Jakarta

Situasi kebencanaan semacam ini sebelumnya tidak sempat diprediksi. Sehingga dampaknya juga menjadi permasalahan yang cukup genting. Saat stagnansi produksi terjadi secara otomatis menurunkan pendapatan peternak bahkan hingga ke jenis pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan peternakan.

Untuk mengenali kembali, volatilitas dijelaskan sebagai kondisi yang berubah sangat cepat atau tidak stabil. Sebagai masyarakat suka tidak suka atau mau tidak mau kita semestinya harus bisa beradaptasi. Uncertainty mempunyai arti makna ketidakpstian dimana setiap orang akan sulit memprediksi tentang sebuah keakuratan yang akan terjadi di masa depan. Complexvity memiliki arti kompleks yang mana ini menggambarkan situasi yang semakin rumit karena tantangan-tantangan yang hadir berasal dari sebab dan akibat yang tidak jelas.

Novelty berkaitan erat dengan kreativitas yang berimplikasi pada munculnya inovasi. Kreativitas berpikir dan mendesain konsep metode yang digunakan misalnya adalah langkah awal menemukan kebaruan-kebaruan dalam penelitian. Objek yang diteliti boleh sama tetapi kebermanfaatan yang dihasilkan perlu disesuaikan dengan kondisi lokal masyarakat dimana "inovasi" akan diimplementasikan. Olehnya metode akan disesuaikan pada output akhir yang diharapkan.

Apa pentingnya Novelty? Apa Peran Perguruan Tinggi? 

Novelty adalah unsur kebaruan atau temuan dari sebuah penelitian. Penelitian dikatakan baik jika menemukan unsur temuan baru sehingga memiliki kontribusi baik bagi keilmuan maupun bagi kehidupan. Penelitian pada tataran doktoral atau pada jenjang manapun diharapkan dapat memecahkan permasalahan atau setidaknya dapat menyajikan sebuah metode baru untuk pemecahan masalah.

Riset atau penelitian yang tidak memiliki novelty seperti melakukan pengulangan-pengulangan. Atau sekadar melakukan pemindahan. Novelty dibangun dari kreativitas dan untuk menghasilkan inovasi.

Perguruan tinggi sebagai gudangnya ilmuwan/saintis juga memiliki peranan penting dalam menciptakan iklim kondusif untuk pemajuan ilmu pegetahuan. Olehnya itu perlu didukung dengan grand desain yang baik untuk mengaktualisasikan setiap planning.

Modal kreatif akan memberikan kemudahan dalam menjalankan proses riset dan penelitian. Proses kreatifitas dalam menyajikan data dengan menggunakan pelbagai tools juga akan memberikan impact yang baik pada hasil riset yang dijalankan. Kreativitas dalam mengelola hasil riset menjadi prototype yang bermanfaat juga menjadi alternatif untuk memutus rantai panjang antara ilmuwan/saintis dengan masyarakat.

Keterampilan di Era VUCA yang harus dimiliki pemimpin atau individu yakni, insting yang kuat, kejelasan, mengubah situasi yang dilema, kemampuan belajar yang mendalam, bioempati, depolarisasi konstruktif, transparansi, prototype yang cepat, pengorganisasian mobile cerdas dan penciptaan bersama.

Prof. Arief Satria dalam bukunya "Pesan Rektor: Mindset Baru untuk Transformasi" (2021) menjelaskan bahwa sains sangat berperan dalam melakukan recovery pada VUCA. Olehnya itu diperlukan riset yang membumi dan berorientasi solusi. Di era ketidakpastian ini kita perlu memupuk kekuatan kolaborasi sebagai modal menangkap invensi dan inovasi baru. Selanjutnya diperlukan kaji ulang peta jalan riset, terutama yang yang sifatnya jangka pendek untuk merespon dengan cepat perubahan yang terjadi. Diperlukan pulan peran masyarakat sains untuk melakukan sosialisasi tetang perubahan dan dampaknya pada masyarakat umum.

Perguruan Tinggi harus memiliki kesiapan dalam menjamin tidak berdampaknya VUCA di masyarakat dengan menginsiasi pelbagai peningkatan kompetensi SDM baik hard skill dan soft skill. Di era VUCA maintanence soft skill sangat penting. Atau sejenak meminjam bahan-bahan emosional dalam Twelve and a Half  (2022) yaitu rasa syukur, kesadaran diri, akuntabilitas, optimisme, empati, kebaikan, kegigighan, keingintahuan, Kesabaran, Keyakinan, Kerendahan Hati dan Ambisi dan bahan yang masih setengah yakni Keterusterangan yang baik.

Atau pilihan pada merubah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) menjadi kembali VUCA yang terdiri dari kata Vision, Understanding, Clarity dan Agility.   Atau kembali melihat saran Rektor IPB University dalam buku terbarunya yang merupakan catatan dari tahun 2019 hingga 2021 tentang kata kunci dalam menghadapi ketidakpastian yakni menjadi pembelajar yang lincah agile learner, memiliki mental pembelajar, membangun kekuatan kolaborasi dan siap dengan fleksibilitas.

Penutup 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun