Dua puluh menit berlalu, pisang goreng dan air guraka datang menuju meja. Kami duduk di gazebo yang dekat dengan pantai. Mungkin karena masih pandemi pengunjung pantai bobane ici masih sepi. Awalnya hanya saya dan pak Suami. Setelah itu ada satu rombongan keluarga yang datang untuk mandi di kolam.
Tak sampai 15 menit, semuanya habis. Air guraka tanpa susu tak tersisa. Kacang kenari yang menjadi topping juga habis. Kenikmatannya semakin menjadi-jadi saat semilir angin pantai berembus. Pisang goreng mulu bebek dan air guraka melunasi segala penat. Kepenatan hilang berganti keceriaan.
Tidak berlama-lama, karena langit tetiba mendung. Lagi pula putri tercinta mungkin sudah bangun tidur. Mama muda mencuri waktu pergi bersama papa. Setelah membayar saya dan suami bergegas pergi. Balik ke arah utara, kembali ke rumah.
Di perjalanan pulang saya masih menyempatkan mencuci mata. Dengn leluasa juga bisa menghirup udara segar sembari menengok kebun-kebun warga. Ada banyak pohon cengkih dan pala, ada juga pohon kelapa. Saya sempat mengabadikannya. Sungguh akhir pekan yang menghilangkan penat. Saya bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H