Ramadan dan Palaka Piring

Wajah Ramadan di Ternate

Suara sirine yang berasal dari toa masjid terdengar, pertanda waktu imsak. Makan sahur harus diakhiri jika suara sirine sudah berbunyi. Mungkin di beberapa tempat akan berbeda. Ada yang menandainya dengan pukulan bedug. Jika bedug berbunyi, warga dengan sendirinya memahami, makan sahur sudah tidak bisa dilanjutkan lagi.

Setelah subuh ada istilah baronda pagi. Saat masih kecil dulu, baronda pagi sangat dinanti-nanti. Baronda pagi sama dengan berjalan-jalan ke pusat kota bersama-sama dengan teman-teman untuk menghirup udara pagi, sederhananya seperti itu. Sepanjang jalan akan terlihat ramai sekali. Keramaian itu pun semakin meriah dengan letupan petasan yang sengaja dilepaskan oleh anak-anak kecil yang laki-laki.

Saat siang mungkin akan terasa sunyi apalagi pada ramadan hari pertama. Biasanya aktivitas kantor, sekolah maupun pusat perbelanjaan juga sementara ditutup. Semuanya mencoba menjalankan ibadah puasa dengan hikmat. Mungkin setelah sehari dua setelahnya barulah mulai aktif kembali.

Ba'da salat zuhur jalanan akan ramai dipadati penjual takjil. Di Ternate biasanya ramai sekali, apalagi pada titik pusatnya. Kelurahan Takoma, Falajawa maupun Salero biasanya dihiasi dengan tenda-tenda kecil untuk penjual takjil ini. Setiap ramadan penjual akan menjadi dua kali lipat dari biasanya.

Ibu-ibu rumah tangga yang saban hari tidak beraktivitas mulai mencoba peruntungan di bulan suci. Ada yang membuat kue lalampa, palita, surabi pakai gula merah sampai angka durian dan kue bubengka. Adapula yang menjajakkan masakan siap saji: sayur garu, sayur kangkung tumis, ikan bakar rica-rica hingga gohu ikan dan dabu-dabu kacang. Berburu panganan ini akan menjadi ngabuburit yang sangat seru dan menyegarkan serupa dengan segarnya es kelapa muda atau es cukur dengan toping kacang.

Masjid akan ramai dipenuhi jamaah ketika masuk waktu salat isya, karena setelahnya akan dilanjutkan dengan salat sunnah tarawih dan witir. Orang tua yang sudah sepuh, muda-mudi sampai anak-anak kecil berumur empat, lima tahun juga bergeliat mengunjungi masjid. Kebanyakan masjid di Ternate melangsungkan salat tarawih dengan jumlah 20 rakaat ditambah tiga rakaat witir.

Tadarus atau mengaji bersama di masjid juga menjadi ritus yang dinanti-nanti. Ada masjid yang sekalian membuka TPQ (Tempat Pengajian Qur'an) atau kursus mengaji bagi anak-anak kecil. 

Saat ramadan tiba, anak-anak TPQ ini juga turut meramaikan tadarus. Suara nyaring menggema dari pengeras sura masjid, ada yang melantunkan ayat suci dengan terbata-bata adapula yang serupa dengan hafidz qur'an, semuanya membuat malam ramadan semakin berwarna.

Setelah tadarus usai anak-anak kecil masih sempat-sempatnya berkejaran. Permainan tradisional seperti boi tampurung atau sem masih sempat dilakukan mungin sekitar jam 11 malam semua kembali ke rumah untuk istirahat. Tapi biasanya jika menjelang nuzulul qur'an atau laitatul qodar akan lebih ramai lagi. Anak-anak kecil sudah siap dengan obor mereka. Obor yang terbuat dari bambu disulutkan api, diarak keliling kampung. Ramai sekali, wajah ramadan semakin berseri-seri.

Gendang sahur juga tak pernah alpa saat ramadan tiba. Di Ternate kebanyakan gendang sahur dimotor muda-mudi. Tim gendang sahur biasa menggunakan mobil pick-up, di dalamnya ada sound system dan juga dilengkapi organ. Gendang sahur biasanya merupakan program yang diusulkan untuk menggalang dana pembangunan masjid.