Untuk memenuhi tingginya permintaan, dibutuhkan impor dari luar daerah. Dinas Pertanian Bidang Peternakan Kota Ternate mencatat 19 konteiner daging ayam beku didatangkan selama Januari hingga Mei, 2019 dan berasal dari kota Surabaya, Makassar atau Manado.
Peternakan ayam putih lantas menjadi pilihan, guna memenuhi permintaan daging ayam di kota Ternate. Ketersediaan ayam putih penting terutama ketika stok ayam beku mengalami kekosongan. Terlebih disini, grand design pengembangan ayam lokal juga belum ada. Sekadar informasi, ayam lokal atau ayam kampung dikenal dengan corak warna yang beragam.
Sementara ayam putih adalah sebutan bagi ayam broiler yang hadir atas pemanfaatan inovasi teknologi dalam bidang peternakan. Sebagian masyarakat juga mengenalnya dengan istilah ayam potong atau ayam pedaging. Ayam ini merupakan bahan pangan hasil rekayasa genetik yang telah mengalami seleksi secara bertahap untuk menghasilkan daging dengan kemampuan pertumbuhan sangat cepat.
Pengembangan ayam putih di daerah kepulauan, tak mudah! Dalam perjalanan pengembangannya terdapat banyak kendala. Apa saja? Hampir semua input produksi ayam putih diimpor dari luar daerah: pulau Jawa dan Sulawesi. Sebut saja, DOC (Day Old Chicken) atau bibit ayam, pakan (makanan ternak), obat-obatan bahkan hingga sapronak (sarana produksi ternak).
Fakta, di akhir 2018 sampai sekarang harga DOC cukup mahal, berada pada kisaran 12 ribu sampai 15 ribu rupiah. Harga pakan ternak ayam per karung/50 kg adalah 445 hingga 450 ribu rupiah. Belum lagi obat-obatan dan biaya operasional lainnya. Jika pemeliharaan seratus ekor dengan asumsi per ekor menghabiskan 2 kg pakan sampai panen dan angka mortalitas 5% maka sudah tentu bukan keuntungan yang didapatkan. Mengingat harga jual per ekor ayam hanya berkisar 35 sampai 40 ribu rupiah.
Tak sekadar permasalahan produksi. Setelah panen peternak juga diperhadapkan pada akses pasar. Belum adanya pasar ternak atau rumah potong unggas menjadikan peternak dilema. Belum lagi persaingan dengan ayam beku yang melimpah ruah di pasaran. Memasuki bulan kedua hingga ketiga 2019, banyak peternak ayam putih di kota kecil ini ikut memutihkan diri. Banyak yang berupaya mencari peruntungan di bidang lain.
Di balik keunikannya, daerah kepulauan pun menyisakan permasalahan: panjangnya rantai logistik. Belum adanya pabrik bibit, pakan dan obat-obatan menjadi penyebab stagnansi sektor peternakan disini. Ketergantungan dari luar daerah. Belum lagi meningkatnya biaya pengiriman barang menyebabkan harga input produksi menjulang tinggi. Hasilnya, peternak kecil kewalahan bahkan nyaris gulung tikar. Baca juga!
Quadruple helix Pengembangan Ayam Putih
Pengembangan peternakan ayam putih disini, tidak serupa memandang pulau-pulau indah di sepanjang Halmahera: menyenangkan! Pengembangan peternakan ayam putih, memerlukan sentuhan banyak pihak. Quadruple helix atau kemitraan ABGC (Academics, business, government and Civil Society) menjadi pilihan.