Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menjahit Asa Peternak(an) Ayam Putih di Daerah Kepulauan

22 Mei 2019   20:36 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:05 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peternak(an) Ayam Putih [dokpri]

Mengulik Jejak Ternak dan Peternakan

Konon, ketika peradaban masih sederhana, para pria bergerilya di hutan. Mereka mengumpulkan makanan dan bergeliat melakukan perburuan. Sementara di rumah, para wanita duduk menunggu hasil yang akan dibawa pulang. 

Semenjana dalam penantian, para wanita melihat biji-bijian sisa makanan yang berserakan di tanah mulai tumbuh akibat diguyur hujan. Terbersit untuk segera membenamkan biji-bijian tersebut ke dalam tanah, mengaturnya dengan jarak-jarak tertentu. Beberapa referensi menyebutkan dari sinilah pertanian dikenal dan mulai dikembangkan.

Begitupun dengan hewan hasil buruan. Tidak semuanya serta-merta dijadikan santapan. Ada beberapa yang dipilih untuk tetap dipertahankan karena ada anggota keluarga yang menggunakannya sebagai permainan. Lambat laun hewan yang dipelihara itu berkembang biak. Maka, lahirlah usaha peternakan sebagai penyeimbang sektor pertanian.

Di Indonesia perkembangan peternakan tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat. Di Tana Toraja misalnya, kerbau biasanya disembelih dalam prosesi rambu solo atau upacara kematian. Masyarakat masih meyakini bahwa kerbau kelak akan menjadi tunggangan bagi sang arwah menuju kemuliaan. Biaya dalam tradisi ini cukup besar, digunakan untuk membeli kerbau dengan perkiraan bobot ratusan kilogram.

Sebagian masyarakat muslim di Indonesia yang melangsungkan acara akikah dan khitanan pun terlihat masih memotong seekor kambing ataupun domba. Pada hari-hari besar keagamaan permintaan ternak atau dagingnya menjadi sangat tinggi.

Jika ditilik lebih jauh, ternak memang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan. Produk yang dihasilkan dapat dijadikan bahan pangan: daging, susu dan telur. Hasil ikutannya manure dapat dijadikan pupuk untuk menyuburkan tanah, membantu produksi tanaman. Belum lagi kulit dan bulu, dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk: pakan, bahan baku tekstil dan masih banyak lagi.

Gambarannya tersurat dalam Al-Qur'an: "Dan diantara hewan-hewan itu ada yang dijadikan untuk pengangkut beban dan ada pula yang untuk disembelih. Makanlah rezeki yang diberikan Allah kepadamu" (Al-An'am [6]:142). Pada ayat yang lain menyebutkan: "Dan dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan" (An-Nahl [16]:05).

Gambaran Peternakan Ayam Putih di Daerah Kepulauan 

Ternate menjadi lokus dalam tulisan ini. Ternate adalah sampel kota kecil di daerah kepulauan, Maluku Utara, Indonesia bagian Timur. Menyitir Achmad Suryana dalam bukunya Pembangunan Daerah Kepulauan, propinsi Maluku Utara termasuk dalam daerah kepulauan dimana memiliki faktor keunikan: perairannya lebih luas daripada daratan.

Sektor peternakan masih menjadi mata pencarian pilihan bagi segelintir orang di kota kecil dengan luas 42 km2 ini. Dan semua, masih menjalankannya secara subsisten. Pemeliharaan ayam putih dari segi ruang dan modal masih terjangkau untuk dikembangkan di kota ini. Lebih mudah dan murah dibandingkan pemeliharaan ruminansia seperti ternak sapi.

Lokasi Peternakan Ayam, Kelurahan Sasa Ternate [docpri]
Lokasi Peternakan Ayam, Kelurahan Sasa Ternate [docpri]
Berada di area lumbung ikan tidak membuat permintaan daging ayam di kota Ternate kalah saing. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap daging ayam ini selaras dengan menjamurnya industri kuliner juga kesadaran akan pentingnya asupan gizi yang tinggi.

Untuk memenuhi tingginya permintaan, dibutuhkan impor dari luar daerah. Dinas Pertanian Bidang Peternakan Kota Ternate mencatat 19 konteiner daging ayam beku didatangkan selama Januari hingga Mei, 2019 dan berasal dari kota Surabaya, Makassar atau Manado.

Peternakan ayam putih lantas menjadi pilihan, guna memenuhi permintaan daging ayam di kota Ternate. Ketersediaan ayam putih penting terutama ketika stok ayam beku mengalami kekosongan. Terlebih disini, grand design pengembangan ayam lokal juga belum ada. Sekadar informasi, ayam lokal atau ayam kampung dikenal dengan corak warna yang beragam.

Sementara ayam putih adalah sebutan bagi ayam broiler yang hadir atas pemanfaatan inovasi teknologi dalam bidang peternakan. Sebagian masyarakat juga mengenalnya dengan istilah ayam potong atau ayam pedaging. Ayam ini merupakan bahan pangan hasil rekayasa genetik yang telah mengalami seleksi secara bertahap untuk menghasilkan daging dengan kemampuan pertumbuhan sangat cepat.

Lokasi Peternakan Ayam di Ternate [dok Kumparan, 2019]
Lokasi Peternakan Ayam di Ternate [dok Kumparan, 2019]
Berdasarkan pengalaman penulis, pada umur 28 hari ayam sudah dapat dipanen. Adapun jika pakan diberikan secara tidak terbatas maka bobot bersih per ekor ayam bisa mencapai 1,4 sampai 1,5 kg. Sangat cepat, jika dibandingkan ayam kampung, perlu lima sampai enam bulan untuk mencapai bobot serupa.

Pengembangan ayam putih di daerah kepulauan, tak mudah! Dalam perjalanan pengembangannya terdapat banyak kendala. Apa saja? Hampir semua input produksi ayam putih diimpor dari luar daerah: pulau Jawa dan Sulawesi. Sebut saja, DOC (Day Old Chicken) atau bibit ayam, pakan (makanan ternak), obat-obatan bahkan hingga sapronak (sarana produksi ternak).

Fakta, di akhir 2018 sampai sekarang harga DOC cukup mahal, berada pada kisaran 12 ribu sampai 15 ribu rupiah. Harga pakan ternak ayam per karung/50 kg adalah 445 hingga 450 ribu rupiah. Belum lagi obat-obatan dan biaya operasional lainnya. Jika pemeliharaan seratus ekor dengan asumsi per ekor menghabiskan 2 kg pakan sampai panen dan angka mortalitas 5% maka sudah tentu bukan keuntungan yang didapatkan. Mengingat harga jual per ekor ayam hanya berkisar 35 sampai 40 ribu rupiah.

Tak sekadar permasalahan produksi. Setelah panen peternak juga diperhadapkan pada akses pasar. Belum adanya pasar ternak atau rumah potong unggas menjadikan peternak dilema. Belum lagi persaingan dengan ayam beku yang melimpah ruah di pasaran. Memasuki bulan kedua hingga ketiga 2019, banyak peternak ayam putih di kota kecil ini ikut memutihkan diri. Banyak yang berupaya mencari peruntungan di bidang lain.

Di balik keunikannya, daerah kepulauan pun menyisakan permasalahan: panjangnya rantai logistik. Belum adanya pabrik bibit, pakan dan obat-obatan menjadi penyebab stagnansi sektor peternakan disini. Ketergantungan dari luar daerah. Belum lagi meningkatnya biaya pengiriman barang menyebabkan harga input produksi menjulang tinggi. Hasilnya, peternak kecil kewalahan bahkan nyaris gulung tikar. Baca juga!

Quadruple helix Pengembangan Ayam Putih

Pengembangan peternakan ayam putih disini, tidak serupa memandang pulau-pulau indah di sepanjang Halmahera: menyenangkan! Pengembangan peternakan ayam putih, memerlukan sentuhan banyak pihak. Quadruple helix atau kemitraan ABGC (Academics, business, government and Civil Society) menjadi pilihan.

Kemitraan pemerintah, swasta dan peternak dalam hal memberikan kemudahan akses terhadap input produksi peternakan berupa bibit, pakan dan obat-obatan akan menjadi jalan panjang untuk menghidupkan kembali peternakan ayam putih disini.

Peranan akademisi dan peternak dalam memberikan pendampingan berupa pendidikan praktis terkait peternakan berkelanjutan menjadi solusi untuk merajut kembali kondisi yang kusut. Keberpihakan perbankan dalam akses modal juga digadang-gadang dapat memotivasi peternak untuk kembali berkembang.

Fakta, pemerintah kota Ternate tidak tinggal diam. Mengingat produk peternakan yang satu ini merupakan komoditi strategis, pemicu inflasi. Tim Pengendali Inflasi Daerah bersegera melakukan rapat dan rencana aksi. Di awal April 2019, TPID yang didalamnya tergabung beberapa Dinas terkait beserta Bank Indonesia melakukan kunjungan ke peternakan yang penulis kelola.

Survei sekaligus diskusi ringkas dilakukan untuk menyusun rencana aksi berupa pilot project pengembangan ayam putih ini. Mekanismenya dengan membangun kemitraan antara pihak swasta dalam hal ini agen yang menyuplai bibit, pakan dan obat-obatan dengan peternak.

Rabu, 15 Mei 2019 ada 800 ekor DOC diturunkan beserta pakan dan obat-obatan. Peternak dipercayakan untuk mengelola dengan manajemen prima sesuai dengan standar perusahaan. Dua minggu sebelumnya memang sempat digelar pelatihan. Sehingga dalam pemeliharaan dituntut untuk menyesuaikan panduan selama pelatihan. Recording atau pencatatan juga didesak untuk diadakan, guna memudahkan dalam kontrol dan evaluasi.

Pilot project atau percontohan ini jika berhasil maka SOPnya akan diadopsi kepada peternak lain di seantero kota Ternate. Maksudnya tak lain untuk memantik kembali semangat beternak dan berupaya menumbuh kembangkan ekonomi masyarakat yang selama ini bergantung pada sektor peternakan terutama peternakan ayam putih ini.

Aktivitas Panen Ayam [dokpri]
Aktivitas Panen Ayam [dokpri]
Tak sebatas pemeliharaan saja tentunya. TPID juga mendorong agar agen sebagai mitra dapat menampung hasil panen peternak dengan harga yang akan disepakati bersama. Proses pendampingan juga gencar dilakukan Dinas Pertanian setempat dalam hal pengontrolan biosecurity untuk mencapai produk daging yang sehat, aman, utuh dan halal.

Ketika gaung modernisasi pertanian dalam hal ini peternakan sudah digelorakan di berbagai wilayah. Tentunya ada asa serupa yang ingin diikuti oleh peternak di daerah kepulauan. Komitmen dan konsistensi semua pihak dalam pengembangan peternakan akan menjawab semua tantangan yang menjadi stagnansi peternakan ayam putih di daerah kepulauan.

Tulisan ini diikutsertakan pada : 

Pertanian Indonesia Maju: Capaian dan Tantangan [dok Kompasiana]
Pertanian Indonesia Maju: Capaian dan Tantangan [dok Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun