Mohon tunggu...
Sukma Permana
Sukma Permana Mohon Tunggu... -

Perempuan kelahiran Yogyakarta, yang ingin banyak membaca dan menulis bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rindu Antusiasme di Momen Pertama Kali

3 April 2011   10:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:10 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai usia yang kini 23 tahun, sudah ratusan momen 'pertama kali' yang saya lalui. Pertama kali belajar berdiri, kata pertama yang bisa saya ucapkan saat kecil dulu, atau hari pertama masuk sekolah. Semuanya menjadi momen yang meninggalkan jejak pasti saat  kini saya bisa berbicara banyak bahkan mendebat, saat kini saya bisa berjalan ke manapun bahkan melompat hingga berlari, dan saat sekarang saya menjadi mahasiswa tingkat akhir dan berkesempatan masuk di dunia kerja. Setiap momen pertama kali bagi saya bisa menjadi sangat spesial tak peduli momen itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Mungkin beberapa ada yang sudah terlupakan, namun saya memutuskan untuk mempertahankan banyak momen pertama kali saya. Karena sensasi perasaan yang terasa saat melakukan suatu hal untuk yang pertama kalinya adalah sayang untuk dilupakan begitu saja. Untuk intermezo awal, saya kebetulan penganut percaya pada saya bisa melupakan siapapun atau apapun, tapi tidak untuk melupakan perasaan yang pernah saya rasakan. Mungkin ini yang membuat saya kadang sukses menjadi seorang melankolis. hehe., Kembali bicara tentang momen pertama kali, dari ratusan kali momen pertama kali yang sudah saya lalui, saya akan bercerita tentang beberapa di antaranya yang kebetulan sedang ingin saya ceritakan. Saat pertama kali saya masuk sekolah dasar adalah salah satunya. Saat kecil dulu, saya tidak menganggap masa TK saya sebagai sekolah. Yang saya pikirkan tentang sekolah saat itu adalah buku tulis bergaris dan pensil, bukan sekedar buku bergambar atau buku latihan baca yang setiap lembarnya hanya ada 3 sampai 5 kata yang dibaca per-suku kata sampai berulang-ulang. Saya juga tidak menganggap gedung besar dengan kolam renang di bagian belakang gedung, serta banyak arena permainan itu menjadi sekolah saya. Tiap pagi saya berangkat, saya merasa berangkat main. Bedanya saya berseragam dan sebagian waktunya saya harus duduk tenang di dalam kelas. Selebihnya, saya bermain dan bernyanyi. Dan kebetulan saya lupa saat pertama saya masuk sekolah. Ini yang membuat saya percaya bahwa ingatan saya dimulai saat usia saya 5 tahun. Krena kebetulan saya juga tak ingat kalau ternyata kakak saya pernah begitu protektifnya pada saya saat saya masih balita. Bahkan menurut cerita mama, kakak tidak memperbolehkan orang lain mengajak saya bermain atau hanya sekedar menggendong saya. Saya benar-benar lupa untuk yang satu itu, yang teringat masa kecil saya dengan kakak habis untuk berebut apapun. Ini mengapa saat pertama kali saya masuk SD, saya begitu antusias. Sekarang saya kadang malu sendiri mengingat bahwa saya dulu adalah anak kecil yang ambisius dan sombong. Saya begitu bangga karena sudah bisa membaca dan menulis dengan lancar di hari pertama masuk sekolah. Kebetulan saat masih TK saya ikut kakak les privat ke tetangga. Dan supaya tidak mengganggu kakak, saya pun diberi buku tulis dan pensil untuk belajar membaca dan menulsi. Bu Lis, beliaulah guru membaca saya di rumah selain mama. Terlepas dari kesombongan masa kecil saya, rasa antusias hari pertama masuk sekolah dulu masih bisa saya rasakan sekarang. Bagaimana saking semangatnya, saya berkali-kali berteriak ‘bu guru..bu guru..saya sudah selesai menulisnya’ setiap bu guru saya membacakan sebuah kata yang harus kami tulis setelahnya. Rasa antusias masuk kelas pertama kalinya, saat saya memperkenalkan nama saya pada teman-teman kelas dan pada bu guru. Rasanya sangat bersemangat  dan yakin bahwa saya bisa melaluinya dengan sebaik-baiknya. Dan bukti antusiasme berlebihan saya, saat pulang sekolah hari pertama, tas saya sampai ketinggalan di sekolah. Sampai di rumah saya baru sadar kalau tas dan semua isinya saya tinggalkan di bangku begitu saja karena sangat tak sabar bisa ikut masuk dalam barisan antri dengan teman-teman untuk mencium tangan bu guru dan berpamitan. Dan syukurlah, itu menjadi yang pertama dan terakhir saya meninggalkan tas di sekolah. :) Selain mengenang saat-saat pertama kali yang pernah saya alami. Saya juga senang bisa menjadi bagian dari momen pertama kali yang dialami teman saya. Beberapa di antaranya, saat saya menemani teman saya yang baru pertama kali ke candi Prambanan, pertama kali ke Borobudur, atau pertama kali nonton bioskop. Dan percayalah, saya yang sudah berkali-kali ke candi Prambanan, Borobudur, dan nonton bioskop pun mendapat energi ‘momen’ pertama kali dari teman saya, sehingga antusiasme saya pun layaknya saya mendatangi tempat-tempat itu untuk pertama kalinya. Sudah lama sekali saya merasakan sensasi rasa antusiasme yang tinggi saat melakukan hal baru atau setidaknya terlibat pada momen pertama kali seseorang. Mungkin hari pertama masuk kerja jadi yang terakhir. Atau beberapa minggu lalu saat saya dan Ayya menemukan pantai baru yang luar biasa indah di Gunung Kidul. Atau saat pertama berkenalan dengan Pak Lurah dimana saya sedang penelitian skripsi, yang kini beliau jadi salah satu idola saya. :) Dan kebetulan malam tadi, saya mengalami moment pertama kali lagi. Untuk pertama kalinya saya masuk studio karaoke. Antusias tentu saja, apalagi teman-teman kantor saya ini yang juga berhasil mengompori karena tau saya belum pernah main karaokean. Saya pun bernyanyi sepuas saya, dengan atau tanpa mic. Walau tak terdengar lebih keras dari suara teman-teman saya lainnya, saya merasa sudah pol-polan konsisten berteriak-teriak selama 2 jam itu. Yah, saya sebut saja berteriak karena beberapa kali saking semangatnya sampai saya tak peduli pada nada. Rasa ketagihan akan perasaan antusias seperti ini yang membuat saya bersemangat untuk melakukan banyak hal baru lagi nanti. Dan saya percaya, momen pertama kali adalah sebuah awal. Dengan kita berani melakukan hal-hal baru yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, minimal kita akan terhindar dari perangkap kesombongan. Mengapa? Karena menurut saya ada banyak hal di dunia ini yang sebenarnya bisa saya lakukan, tapi ntah dengan alasan apa sehingga saya melewatkannya. Sedangkan ada banyak orang yang sudah berani memulai dan berhasil. Terlepas dari apapun itu, sekecil apapun itu, berhasil atau tidak, sepanjang itu bukan hal yang negatif, saya merasa harus menghargai ratusan momen pertama kali yang pernah saya alami. Karena besar atau kecil, momen-momen itu yang membawa saya menjadi saya yang sekarang. Selamat mencari momen pertama kali kalian.,its my first? How about yours?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun