Mohon tunggu...
Sukma Cahyani
Sukma Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa

-Write about economics-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Masa Depan Kota: Menghadapi Kenyataan dari Sebuah Harapan

22 September 2025   23:35 Diperbarui: 22 September 2025   23:35 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kota adalah jantung peradaban, tempat di mana harapan, mimpi, dan inovasi berkumpul. Sejak Revolusi Industri, kota-kota tumbuh pesat, menjadi pusat ekonomi, budaya, dan sosial. Namun, di balik gemerlap lampu dan gedung pencakar langit, ada kenyataan yang tak bisa kita abaikan. Masa depan kota bukan hanya soal membangun lebih tinggi dan lebih megah, tapi tentang bagaimana kita menghadapi tantangan dan mewujudkan harapan akan kehidupan yang lebih baik.

Seiring dengan pesatnya perkembangan Revolusi Industri yang dimulai pada abad ke-18, kota-kota mulai mengalami transformasi besar yang mengubah pola kehidupan manusia dan struktur sosial ekonomi secara fundamental. Revolusi ini tidak hanya membawa kemajuan teknologi dan produksi massal, tetapi juga menjadi pemicu urbanisasi yang semakin intensif, di mana laju pertumbuhan penduduk kota meningkat pesat seiring perpindahan besar-besaran dari wilayah pedesaan ke perkotaan. Kota menjadi pusat aktivitas ekonomi, budaya, dan sosial yang dinamis, namun juga menghadirkan tantangan seperti kepadatan penduduk, polusi, serta kesenjangan sosial yang mewarnai wajah kota modern hingga masa kini. Oleh karena itu, memahami masa depan kota menuntut kita melihat lebih jauh dari sekedar gedung dan infrastruktur, melainkan bagaimana kota dapat mengelola tantangan tersebut untuk mewujudkan harapan hidup yang lebih baik dan berkelanjutan.

Harapan: Kota Ideal yang Kita Dambakan

Setiap kita pasti punya gambaran kota ideal. Kota yang ramah pejalan kaki, dengan ruang terbuka hijau yang luas, polusi udara rendah, dan transportasi publik yang efisien. Di kota impian ini, teknologi dimanfaatkan untuk membuat hidup lebih mudah misalnya, sistem manajemen lalu lintas yang cerdas, layanan publik berbasis digital, dan energi terbarukan yang menjadi sumber utama. Kita berharap kota menjadi tempat yang inklusif bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi. Sebuah tempat di mana setiap penduduk merasa aman, memiliki akses ke pendidikan dan layanan kesehatan berkualitas, serta kesempatan untuk berkembang. Harapan ini adalah pendorong utama di balik setiap kebijakan dan proyek pembangunan kota.

1. Kota yang Ramah Lingkungan

Pernyataan "polusi udara rendah, dan ruang terbuka hijau yang luas" menyoroti pentingnya kelestarian lingkungan sebagai fondasi kehidupan kota yang sehat. Polusi udara dari asap kendaraan dan industri adalah masalah kronis di banyak kota besar, yang berdampak langsung pada kesehatan penduduk. Kota ideal membayangkan solusi seperti penggunaan energi terbarukan, transportasi massal yang ramah lingkungan, dan regulasi ketat terhadap emisi. Ruang terbuka hijau, seperti taman kota, hutan kota, dan jalur hijau, bukan hanya berfungsi sebagai paru-paru kota, tetapi juga sebagai tempat rekreasi, interaksi sosial, dan penyerapan air. Ini adalah investasi jangka panjang untuk kualitas hidup dan ketahanan kota terhadap perubahan iklim.

2. Mobilitas dan Aksesibilitas

"Transportasi publik yang efisien" dan "ramah pejalan kaki" menggambarkan sebuah kota yang mengutamakan mobilitas non-pribadi. Sistem transportasi publik yang terintegrasi, andal, dan terjangkau (seperti MRT, LRT, atau bus rapid transit) mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi, yang pada gilirannya mengurangi kemacetan dan polusi.  Desain kota yang ramah pejalan kaki dan pesepeda dengan trotoar lebar, jalur sepeda khusus, dan jembatan penyeberangan yang aman, mendorong gaya hidup yang lebih aktif dan sehat. Ini juga membuat kota lebih mudah diakses bagi semua orang, termasuk mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

3. Pemanfaatan Teknologi untuk Kualitas Hidup

Kutipan "teknologi dimanfaatkan untuk membuat hidup lebih mudah" merujuk pada konsep kota pintar (smart city). Teknologi di sini bukan hanya tentang gadget canggih, tetapi tentang sistem yang terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi dan layanan. Contohnya adalah sistem manajemen lalu lintas cerdas yang menggunakan data real-time untuk mengurangi kemacetan, atau layanan publik berbasis digital yang memungkinkan warga mengurus administrasi dari rumah. Penggunaan energi terbarukan (misalnya panel surya pada bangunan) adalah contoh lain dari bagaimana teknologi dapat mendukung keberlanjutan. Dalam kota ideal, teknologi adalah alat untuk memecahkan masalah, bukan sekadar hiasan.

4. Inklusivitas dan Kesetaraan Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun