Yang membuat saya takjub adalah, banyak teman-teman yang setuju dengan metode kunci ini. Yang setuju dengan segala kerepotan dan keribetan yang bakal muncul!!
Tapi yah, begitulah Indonesia. Kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah ya? Hehehehe
Itu soal keribetan yang bakal muncul. Belum lagi implikasi lain. Misalnya implikasi hukum. Kompasiana secara tegas menyatakan bahwa semua tulisan yang dimuat merupakan tanggungjawab penulisnya. Bahwa Kompasiana tak bertanggungjawab pada validitas dan akurasi sebuah tulisan. Bagaimana Kompasiana bisa lepas tangan sementara di saat yang sama mempersulit upaya penulis untuk memperbaiki tulisan?
Dalam komentar, kang Pepih mengatakan penghapusan tulisan yang masuk HL akan merugikan admin dan pembaca. Itu betul. Namun bagaimana dari sisi penulis? Bagaimana jika yang berpotensi dirugikan adalah si penulis? Kenapa yang dipikirkan hanya kepentingan admin dan sama sekali tidak mempertimbangkan kepentingan penulis?
Kasus tulisan yang dipermasalahkan itu, menurut saya, menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. Bagi Kompasianer, untuk lebih berhati-hati dan akurat jika menyajikan tulisan yang ada kaitan langsung maupun tak langsung dengan pihak lain. Terutama jika berbicara tentang penyelewengan.
Bagi admin, juga menjadi pelajaran berharga untuk lebih teliti, terutama ketika menambahkan judul baru.
Khusus menyangkut rencana penguncian tulisan yang menjadi HL, jika benar-benar akan diwujudkan, berarti kita memang lebih suka mempersulit sesuatu yang sebenarnya mudah, hehehe
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI