Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Merokok, Majalah Porno dan Kontrasepsi untuk Pria...

27 Mei 2013   06:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:58 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika acara ulang tahun dimulai, beberapa ibu-ibu menatap balon putih itu dengan pangling. Balon itu rasanya familiar. Tak ada yag menyangka kalau balon putih itu sebenarnya adalah kondom yang ditiup. (Sekalipun sudah mengenal, bukan berarti aku sudah mencoba alat kontrasepsi itu. Semasa SMA aku kan perjaka ting ting, xixixixi).

Semasa kuliah, aku berganti gang. Kali ini proporsinya dua perokok dan tiga tidak. Teman yang perokok tergolong perokok berat. Dan mereka suka menggoda kami yang gak merokok.

Suatu ketika, seperti biasa teman perokok menawarkan rokok kepada kami. Tentu tawaran iseng. Si teman terkejut ketika aku mengambil rokok yang ditawarkan, menyulutnya dan mengisap dengan nikmat. Keterkejutan si teman berubah menjadi kejengkelan setelah melihat aku membuang rokok ke selokan, hanya setelah beberapa hisapan.

Perkenalan dengan rokok secara intens terjadi ketika KKN. Aku dan sebelas teman laki-laki ditempatkan di lokasi terpecil, yang bisa diakses melalui jalan darat dengan jalan kaki sejauh 3 km, atau melalui laut dengan perjalanan sekitar 4 jam.

Di lokasi KKN itu kami dihormati bagai tamu agung. Para anak muda menyebut kami 'kakak' dan orang tua menyapa kami sebagai 'bapak'. Para orang tua yang punya anak gadis, baik secara malu-malu maupun terang-terangan, menawarkan anak gadisnya untuk dipacari. (Belakangan, dari 12 orang, 10 di antara kami benar-benar pacaran dengan kembang desa. Dua lainnya gak sempat karena pacar mereka dari kota rajin berkunjung).

Karena semuanya cowok, maka rokok merupakan hal yang biasa dan lumrah bagi kami. Apalagi, dari 12 orang, hanya tiga yang gak merokok. Belakangan, aku pun tergoda untuk merokok. Karena bukan perokok betulan, aku memutuskan gak akan pernah membeli dan hanya akan merokok jika ditawari. Itupun jika mereknya terkenal. Jadi, aku hanya memilih rokok merek M yang di iklan diwakili para cowboy, dan rokok 'tiga angka' dengan lafal sesuai dialek Cina Hokkian.

Awalnya, rokok yang muncul beraneka merek, umumnya merek terkenal dan mahal. Bahkan ada yang pernah membawa cerutu (yang rasanya aneh). Lama-lama, seiring berlalunya waktu, dan seiring mulai menipisnya keuangan, rokok yang tersedia hanya yang murah meriah, bahkan yang promo. Bahkan, pernah, saking kepepet, teman yang perokok berat muncul dengan "tembakau curah", lengkap dengan kertas tipis untuk linting. Supaya terkesan wah, si teman ini melengkapi tembakau curah dengan pipa cangklong!!

Untunglah, walau yang muncul berbagai jenis rokok, hingga masa KKN berakhir gak ada teman yang nekat membawa...ganja. Ternyata, walau perokok berat, teman-teman masih cukup waras dan bisa membedakan mana rokok yang legal dan tidak!!!

***

Pelajaran penting yang aku temui sejak remaja hingga kini adalah, teman se-gang punya pengaruh signifikan apakah seseorang akan menjadi perokok atau tidak. Jika bergaul dengan gang yang bukan perokok, seseorang kemungkinan besar tak akan menjadi perokok. Dan begitu sebaliknya. Jika bergaul dengan para perokok, peluang untuk menjadi perokok terbuka lebar.

Dalam hal ini, pengaruh orang tua juga cukup besar. Secara teoritis, akan sukar bagi orang tua untuk mewanti-wanti agar anak remajanya tidak merokok, jika si ayah juga perokok. Apalagi jika sejak kecil si anak sudah biasa disuruh ke warung untuk membeli rokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun