Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kereta Api Bandara Simbol Modernisasi Transporatasi Negeri

8 Februari 2016   07:17 Diperbarui: 8 Februari 2016   10:15 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kereta Api (KA) menjadi simbol transportasi modern di suatu negara. Ketika berkunjung ke Jepang tahun 2006, saya merasakan naik KA Cepat Shinkansen, kalau tidak salah  dari Tokyo ke Osaka. Jarak tempuhnya saya lupa karena merasakan nikmat KA Cepat,  meskipun melaju kencang, namun rasanya tidak ada goyangan.  KA melaju sangat cepat, namun bagi penumpangnya merasakan tidak cepat, hanya bagi yang melihatnya, besi terpanjang ini berlari sangat kencang bak peluru mengejar sasaran.

Pengalaman naik kereta di Jepang saya alami sejak tiba di Bandara Narita. Begitu pesawat landing saya dan rombongan yang saat itu diberangkatkan oleh PT. KAI Divisi Jabotabek (belum menjadi PT. KCJ) menyusuri lorong-lorong terminal Bandara Narita. Penjemput tidak boleh masuk ke area dalam tempat  kedatangan penumpang. Kami pun melihat petunjuk, rambu-rambu yang ada di Bandara untuk menuju Stasiun KA Bandara di Narita.

Di dalam Bandara sangat modern, penumpang harus berpindah dari terminal kedatangan pesawat ke terminal lainya  atau ke stasiun kereta api Bandara. Pindahnya tidak berjalan kaki, namun menggunakan kereta semacam LRT  atau monorel ulang alik dari  satu terminal ke terminal lainnya. Yang saya rasakan, meskipun kita berpindah terminal menggunakan kereta api, namun didalam termnial kita seperti membuka pintu lift saja. Keretanya tidak nampak karena pintu-pintu masuk kereta dibuat sejajar tembok.

Begitu pintu terbuka, pintu kereta juga otomatis terbuka. Penumpang naik. setelah keluar dari terminal kedatangan untuk berpindah,  penumpang baru mersakan bahwa kita berpindah naik kereta. Sedangkan   ketika didalam terminal, wujud keretanya tidak nampak, hanya terlihat pintu berjajar, terbuka bersamaan. “Ooh ternyata kereta toh?”

Hanya dalam hitungan menit kami sudah berpindah dari  terminal kedatangan ke Stasiun KA  Bandara dan baru  bertemu dengan penjemput dari Jepang yang sudah menunggu. Kami bersalaman, mengambil barang dan foto bersama. Sayang waktu itu camera HP belum secanggih  saat ini, sehingga tidak bisa selfie dan berkirim foto di media sosial. Kami pun menikmati KA Bandara dari Bandara Narita ke Stasiun  dalam kota Wakoshi, lalu berganti kereta dalam kota  menuju Stasiun Shibuya.

Di negeri Sakura KA menjadi transortasi utama. Saya tidak menemukan sepeda motor bersliweran saling salip di jalanan. Negara produsen sepeda motor terbesar di dunia ini, di negaranya sendiri tidak menggunakan sepeda motor. Mobil pun sangat terbatas tidak sesak kendaraan seperti  di negara kita, utamanya Jakarta. Jepang memang baik hati berbuat, membuat karya bukan untuk diri sendiri namun untuk orang lain. Meskipun yang merasakan kemacetan, kebisingan, pemborosan, polusi udara dan kecelakaan negara pengguna, itu urusan mereka. Tugasnya Jepang membuat kendaraan dengan desain terbaru, teranyar dan menarik konsumen. Orang Indonesia sangat suka produknya.

 Negeri Sakura yang juga negara kepulauan mengandalkan transportasi KA sebagai sarana transportasi utama warganya. Di kanan kiri jalur kereta berdiri rastusan apartemen,  untuk tempat tinggal. disedikan parkiri susun untuk mobil dan sepeda. Jaraknya pun tidak terlalu jauh antara apartemen  dengan jalur kereta api. Berbeda dengan Jakarta di mana KA menyita tanah permukaan sehingga crosiing  atau persilangan dengan jalan raya terjadi berkali-kali, di Jepang umumnya KA dibuat layang atau terowongan didalam tanah. Namun  untuk KA Bandara masih menggunakan jalur permukaan tanah, perlintasan  KA juga ada, namun kendaraan jalan rayanya sangat sedikit. Perlintasanya tidak dijaga orang, namun  tidak ada kecelakaan lalu lintas  di perlintasan.

Indonesia telah memiliki KA Bandara Kualanamu di  Medan Sumatera Utara. Usaha keras pemerintah bersama PT. KAI telah melahirkan KA Bandara yang saat ini dikelola anak perusahaan KAI dan Angkasapura II, PT. Raillink. Perusahaan yang sahamnya milik PT. KAI  60 % dan Angkasapura II 40 % yang dibentuk pada Era Rony Wahyudi sebagai Dirut PT. KAI dan Edie Haryoto sebagai Dirut PT. Angkasapuara II ini , kini  mampu menyelenggarakan layanan KA Bandara yang modern, berkualitas dan menjadi pelopor modernisasi transportasi di negeri ini.

Bandara Soekarno Hatta yang dirancang  akan dibangun lebih dulu oleh PT. Raiilink sejak Dirutnya dipegang Masraul Hidayat, malah pembangunnya baru terwujud belakangan. Ignasius  Jonan yang kini Menteri Perhubungan menjadi pendorong dibangunnya KA Badnara Soetta oleh PT. KAI. Eksekusi menjadi kunci pembangunan KA Bandara. PT. KAI memilih jalur Manggarai-Sudirmanbaru-Duri-Batu Ceper-Soekarno Hatta.

Meskipun ada tiga alternatif untuk mengakses jalur KA ke Bandara Soetta dari Jakarta, yaitu; Manggarai Tanahabang-Rawabuntu-Bandara Soetta. Manggarai-Angke-Pluit-Bandara Soetta dan Manggarai-Duri-Batu Ceper-Bandara Soetta,  PT. KAI  memilih  alternatif terakhir dan tinggal menyambungkan lintasan yang sudah tersedia. PT. KAI  tinggal membangun jaringan rel antara Stasiun Batu Cepar ke Bandara Soetta.

Langkah taktis jajaran PT. KAI telah mewujudkan proses pembangunan cepat terealisasi. saat ini pembangunan jalirngan KRL KA dari Manggarai ke Bandara Soetta telah memasuki  masa konstruksi dan Insya Allah pada semester I 2017 sudah dapat dioperasikan. Jakarta akan segera terkoneksi dengan Bandara Soetta melalui jaringan KA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun