Mohon tunggu...
Suherman Juhari
Suherman Juhari Mohon Tunggu... Penulis - Kalau Bukan Kita Siapa lagi?Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi ?

Seorang Peneliti di Institute for Economic Research and Training (INTEREST) dan dosen Ekonomi yang memiliki semangat dan harapan untuk pendidikan Indonesia agar lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Evolusi Kebutuhan Manusia di Era Kemajuan Teknologi

29 Juli 2019   09:44 Diperbarui: 29 Juli 2019   09:45 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jaman memang sudah berubah. Kehadiran teknologi yang juga semakin menggairahkan tak luput jadi santapan sehari-hari seluruh kalangan. Tidak perlu heran jika dewasa ini manusia kebanyakan lebih asyik dengan dunia maya. Istilah mengintegrasikan media dalam dunia sosial nampaknya telah berubah menjadi integrasi dunia sosial ke dalam media. 

Terlihat begitu asyik memang jika dilihat obrolan-obrolan di balik layar handphone canggih, obrolan yang mampu mencuri senyuman dari penggunanya. Senyuman itu mungkin tidak mudah di temui saat berada di dunia nyata.

Keterlibatan media sosial dalam pemenuhan hasrat berinteraksi nampaknya memberi hasil yang cukup cemerlang bahwa " teman-teman anda kini sibuk dengan gadget nya" bahkan anda sendiri pun mungkin sudah "sama saja". Intetaksi dalam dunia nyata nampaknya tidak begitu menarik lagi setelah hanyut dalam dunia fatamorgana gadget. Teman dalam dunia maya beribu-ribu siapa sangka di dunia nyata hanya satu dua saja?

Benar adanya bahwa interaksi dunia sosial kita sudah lebih asyik dilakuan melalui gadget. Secara sepihak saya ingin mengatakan bahwa dampak dari teknologi ini menjadikan kita sedikit lebih malas.

Bagaimana bisa ? Anda tidak perlu lagi ke pasar untuk membeli sesuatu, tidak butuh intetaksi tawar menawar melalui mulut dan beradu argumen dengan dalil toko sebelah lebih murah. Semua bisa di jangkau dengan teknologi masa kini.

Baiklah kita tidak akan berbicara mengenai dampak ekonomi dari teknologi. Kita akan berbicara mengenai apa dan bagaimana semestinya kita memperlakukan teknologi sebagai alat pembantu, bukan sebagai alat tunggal penentu. 

Manusia dan teknologi dewasa ini sudah jadi dua variabel yang saling terkait. Susah betul rasanya hidup jika gagap teknologi, semuanya menjadi tidak efisien, apalagi jika sudah berbicara soal waktu. 

Adanya teknologi ini sudah pasti akan lebih menghemat waktu. Mungkin bisa dibayangkan bagaimana dulu sulitnya mengirim surat harus melalui pos dan sampainya tidak secepat yang kita inginkan. 

Berbeda dengan sekarang, dimana sudah ada teknologi yang bisa membuat surat yang kita kirim akan sampai pada saat yang sama pula. Lantas wajarkah jika kini dengan teknologi berupa handphone pintar menggantikan semua hal berharga dalam hidup?

Misalnya senyuman teduh kawan-kawan yang terlihat nyata saat bertatap muka dibanding send emoticon yang nyatanya kebanyakan dusta? Emoticon seolah menjadi representasi ekspresi dusta yang bisa menggambarkan suasana hati pemilik gadget. Mengirimkan emoticon tertawa padahal senyatanya yang bersangkutan sedang mengalami kesepian.  

Saat ini, jika berada dalam forum-forum resmi, dalam kumpul keluarga, saat makan Bersama, rapat organisasi dan forum interaksi apapun itu entah mengapa gadget selalu jadi opsi melarikan diri dari kejenuhan. Gadget punya tempat tersendiri di hati manusia hingga tega mengabaikan manusia lain yang ada di sekitarnya. 

Sepertinya memang sudah bisa dipastikan bahwa ada pergeseran makna akan kebutuhan pokok manusia yang dulunya hanya sandang, pangan dan papan saja menjadi sandang, pangan, papan, casan serta paketan. 

Manusia di era ini sudah semakin ketergantungan akan teknologi khususnya handphone pintar. Segelintir orang mungkin merasakan betul bahwa tanpa gadget rasanya hidup di zaman ini adalah sebuah kesalahan. Bahkan bisa dipastikan setiap orang di Indonesia ini tidak hanya memiliki 1 buah gadget saja, melainkan lebih.

Jika ada sesuatu yang lebih sering dirindukan selain orang tua dan Tuhan mungkin itu adalah gadget dan notifikasi di dalamnya. Bahkan satu hari dalam hidup saat ini, coba tanyakan diri Sendiri "berapa banyak kita memikirkan Tuhan dan orang tua?" Bandingkan dengan seberapa sering kita mengingat gadget serta seluruh notifikasi di dalamnya.

Sosial media yang ada di dalam gadget adalah dunia baru yang menyenangkan. Tapi tanpa disadari sudah menghilangkan esensi dari komunikasi yang benar-benar terasa asli. Sebenarnya kehadiran teknologi dalam kehidupan manusia adalah sebuah terobosan berfaedah bagi ummat manusia. 

Kita hanya perlu membatasi diri jangan hanyut dalam zona nyaman bermedia sosial atau bahkan semua interaksi sosial serba di mediakan. Jika masih bisa hidup normal, kenapa harus serba dimediakan?

Perhatikanlah orang yang bicara di sekitar anda. Bangunlah komunikasi selagi masih punya mulut dan lidah untuk berbicara. Rasakan bagaimana sedihnya mereka yang tak di anugerahi kemampuan untuk berbicara. Rasakan bagaimana sedihnya mereka yang tak mampu menyampaikan pesan bermakna dari mulutnya.

Jangan jadi budak dari teknologi ini. Kita lebih pintar daripada handphone. Teknologi handphone punya batas memory sedang manusia punya memory yang tidak terbatas. selagi masih muda perbanyak menghargai dunia yang indah ini. Perbanyak interaksi dalam dunia nyata agar ingatan-ingatan akan interaksi ini akan membekas dalam ingatan. 

Dunia nyata ini selalu punya alasan untuk diperhatikan, jangan banyak di abaikan. Jangan sampai karena teknologi kita susah membedakan mana dunia nyata dan mana dunia maya, karena persebaran informasi di era ini sungguh sangat memusingkan, telebih lagi berita hoax yang sudah nikmat di santap masyarakat. Teknologi tidak pernah salah, salahkan diri kita yang terlalu serakah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun