Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Babi Ngepet dan Filsafat Timur

28 April 2021   15:52 Diperbarui: 28 April 2021   16:09 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tangkapan layar youtube tribunnews

Peristiwa penangkapan seekor babi yang diduga babi ngepet di daerah Sawangan-Depok, Jawa Barat  mendadak viral di media-media sosial. Video dan berita terkait penangkapan babi tersebut beredar begitu cepat melaui group-group WhattsApp. Penulis sendiri mengetahui peristiwa langka ini melalui group whattsapp keluarga.

Setelah menonton videonya, penulis kemudian berselancar di internet dalam rangka mengecek kebenaran kejadian tersebut. Dan ternyata sudah ramai diberitakan di beberapa portal berita online.

Kejadian tersebut sudah ditangani oleh Kapolsek Sawangan, AKP Rio Tobing. Rio menepis dugaan masyarakat yang menganggap bahwa babi tersebut adalah babi ngepet. Babi tersebut, menurut Rio, bukan babi ngepet tetapi babi biasa. Tidak seperti yang diduga oleh masyarakat setempat bahwa babi itu kadang-kadang mengecil dan kadang-kadang membesar. Lucu, kan?hahaha

Keterkaitan filsafat timur dan babi ngepet

Secara sederhana, filsafat timur dapat didefinisikan sebagai pemikiran-pemikiran filosofis yang berasal dari dunia timur atau Asia. Misalnya fiilsafat Cina, filsahat India, filsafat Jepang, dan lain sebagainya.  Kekhasan filsafat timur adalah keterkaitannya dengan agama dan hal-hal yang bersifat mistis. Berbeda dengan filsafat barat yang sangat mengedepan pikiran dan hal-hal yang bersifat rasional. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa masyarakat timur lebih rendah daripada masyarakat barat.

Masyarakat di Barat mengandalkan pikirannya sendiri untuk meningkatkan kualitas dan kemajuan hidupnya. Sedangkan kita yang berada di dunia bagian timur ini seringkali lebih percaya pada hal-hal yang mistis dan kadang-kadang mengabaikan peran pikiran dan akal sehat.

Penulis tidak bermaksud mengaggung-agungkan masyarat barat dan sekaligus merendahkan masrakat timur, tetapi realitanya berkata demikian bahwa kita sering percaya pada hal-hal yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara empirik. Cara berpikir kita masih bersifat kekuno-kunoan alias tidak berkembang.

Kejadian penangkapan babi yang diduga babi ngepet oleh masyarakat Sawangan menunjukkan realita bahwa masyarat di Indonesia memang menganut filsaf timur. Banyak juga kejadian-kejadian lain selama ini yang dianggap lelucon jika diketahui oleh masyarakat di dunia bagian barat. Misalnya, kisah penggandaan uang, kisah sunda empire, dan masih kejadian-kejadian lainnya.

Anehnya, kita percaya begitu saja pada kejadian-kejadian tersebut. Kita tidak sempat memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis. Misalnya, benar nggak bahwa babi ngepet hanya bisa ditangkap oleh orang yang tidak memakai busana alias telanjang? Apa iya, babi ngepet mencuri uang masyarakat? Benar tidak, manusia bisa menggandakan uang?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut, hemat saya, sangat penting agar kita tidak mudah percaya pada kejadian-kejadian aneh di sekitar kita. Kita memang manusia yang lemah, namun kita punya pikiran yang sehat untuk menentukan mana hal yang bisa dipercaya dan mana yang tidak? SEKIAN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun