Halo rekan-rekan mahasiswa dan adik-adik siswa SMK jurusan RPL, TKJ, atau yang sedang giat belajar coding. Pernahkah Anda merasakan ini: setelah berjam-jam pusing memikirkan bug pada kode program, Anda iseng bertanya pada ChatGPT dan voila! dalam hitungan detik, AI memberikan solusi kode yang berjalan mulus.
Di satu sisi, luar biasa. Di sisi lain, muncul sebuah pertanyaan yang sedikit menakutkan di benak kita: "Kalau AI sudah sepintar ini, buat apa saya susah-payah kuliah Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)?"
Sebagai seorang dosen di bidang Informatika, saya sering mendengar kegelisahan ini. Banyak yang khawatir, jangan-jangan saat lulus nanti, pekerjaan programmer sudah digantikan oleh mesin.
Jangan panik! Jawabannya adalah: jurusan RPL dan keahlian software engineering justru menjadi semakin penting, tetapi perannya telah berevolusi. AI bukanlah penggantimu, ia adalah rekan kerjamu yang paling kuat. Mari kita bedah mengapa.
Analogi Sederhana: Tukang Bangunan vs. Arsitek
Bayangkan AI sebagai tukang bangunan super canggih. Anda bisa menyuruhnya, "Tolong pasang 1.000 batu bata di dinding sebelah utara," dan ia akan melakukannya dengan cepat dan presisi sempurna. Ia sangat efisien dalam mengerjakan tugas spesifik.
Namun, apakah si tukang super ini tahu di mana harus meletakkan jendela agar sirkulasi udara maksimal? Apakah ia memikirkan kekuatan fondasi agar bangunan tahan gempa? Apakah ia merancang tata letak ruangan agar fungsional dan nyaman?
Tentu tidak. Itulah pekerjaan seorang Arsitek.
Di dunia software, AI saat ini adalah "tukang"-nya. Ia bisa menulis potongan kode (fungsi, algoritma dasar) dengan sangat baik. Tapi, Anda, para calon insinyur perangkat lunak, sedang dilatih untuk menjadi "Arsitek"-nya.
Tugas seorang arsitek perangkat lunak bukan lagi sekadar menulis baris kode, melainkan:
Merancang Blueprint Sistem: Memastikan seluruh aplikasi kokoh, aman, dan bisa dikembangkan di masa depan.
Menjamin Kualitas: Menguji, mencari celah keamanan, dan memastikan produk akhir bebas dari bug kritis.
Mengelola Proyek: Berkolaborasi dalam tim, mengatur alur kerja, dan memastikan proyek selesai tepat waktu.
Pekerjaan-pekerjaan level tinggi inilah yang tidak bisa digantikan oleh AI.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI