Mohon tunggu...
suherman madani
suherman madani Mohon Tunggu...

saya hanya orang biasa. Anak petani yang bermimpi jadi orang besar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gunung Kambuno, Objek Hilangnya Lima Pendaki

30 Maret 2010   11:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

*Pernah Dijadikan Tempat Persembunyian Kahar Muzakkar GUNUNG KAMBUNO tiba-tiba kembali ramai dibicarakan pasca hilangnya lima pendaki dari Kelompok Pencinta Alam Sawerigading (Kampas) Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan yang melakukan eksepedisi menuju puncak Kambuno yakni Langtangunta. Banyak Cerita dari gunung yang terletak di Kabupaten Luwu Utara, termasuk dari sisi sejarah dan mistiknya. Buntu Lantangunta adalah penamaan yang sering disebut warga sekitar untuk  puncak Gunung Kambuno. Langtangunta merupakan puncak ketiga dari tiga puncak yang ada di gunung ini. Puncak tertinggi inilah yang sering dijadikan kelompok pendaki sebagai sasaran utama dalam melakukan pendakian ke Gunung Kambuno. Sebelum sampai ke puncak Lantangunta, pendaki harus melalui dua puncak lainnya yakni puncak Kusang dan puncak Kambuna. Namun tiga puncak ini masih dalam satu kesatuan Gunung Kambuno. Gunung Kambuno sendiri diketahui memiliki ketinggian 2.950 meter dari permukaan laut (Mdpl). Gunung ini merupakan gunung tertinggi kelima di Sulawesi Selatan dan masih lebih tinggi dari gunung Lompobattang, yang memiliki ketinggian 2.871 meter. Gunung Kambuno diketahui masuk dalam kawasan tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Luwu Utara. Di kaki gunung atau sering disebut oleh kelompok pendaki sebagai kilometer 45 yang merupakan garis star melakukan pendakian ke Gunung Kambuno masuk dalam wilayah Kecamatan Sabbang. Semantara di wilayah pegunungannya sendiri dibagi oleh Kecamatan Seko dan Kecamatan Limbung. Untuk puncak Kambuno yakni Buntu Lantangunta sudah masuk wilayah Kecamatan Seko. Kawasan di gunung ini termasuk rawan lonsor. Selain beberapa wilayah bermaterikan tanah gembur, di gunung ini juga pernah menjadi lokasi pelaku penebangan liar merajalela. Ditakutkan saat hujan, longsor dibeberapa kawasan rawan terjadi. Apalagi beberapa pekan terakhir hujan mengguyur lokasi ini. Jalur yang digunakan pendaki sendiri untuk masuk melakukan pendakian ke gunung ini melalui ibu Kota Kecamatan Sabbang ke Desa Malimbu. Dari desa ini hingga kilometer 13 merupakan daerah terakhir yang masih bisa dijangkau oleh signal telepon seluler. Melewati batas kilometer 13 komunikasi menggunakan telepon seluler sudah terputus. Desa Malimbu biasanya digunakan pendaki sebagai tempat peristirahatan sebelum mengarah ke desa terakhir, yakni Desa Mangkaluku dan kaki Gunung Kambuno. Dari Desa Malimbu ke Desa Mangkaluku membutuhkan waktu sekitar 10 jam jika ditempuh dengan jalan kaki. Dari kilometer 13 ke kilometer 23 pendakian sudah terasa. Di kilometer 23 pendaki biasanya menggunakan kawasan ini sebagai camp pertama. Dari kilometer 23 mengarah ke camp kedua masih akan ditemui perkampungan yakni Kampung Kurirang. Dari kampung ini ke Desa Mangkaluku yang merupakan desa terakhir sebelum mengarah ke kaki gunung atau kilometer 45 harus melalui jembatan gantung dengan medan masih melalui perintisan jalan. Medan berat sudah akan menanti setelah melalui Mangakaluku ke camp kedua dengan melalui jembatan gantung kedua dan trekking cukup berat. Dari camp kedua ke kilometer 45 medan jalan yang dilalui semakin berat. Di kilometer 45 inilah yang sering dijadikan sebagai pos pertama pendaki sebelum melakukan pendakian ke Gunung Kambuno. Pendakian dari pos pertama ke pos kedua trekking melewati pegunungan dan melalui jalur longsoran. Dari pos pertama hingga pos terakhir yakni pos ke delapan di puncak Kambuno pendaki akan melewati medan berat termasuk resiko kesasar. Gunung ini sendiri bersebelahan dengan Gunung Baliase yang memiliki ketinggian 3.016 meter dari permukaan laut atau gunung tertinggi kedua di Sulsel. Pendaki yang kesasar bisa saja mengarah ke gunung ini menyusuri hutan kemudian tembus ke wilayah Poso Sulawesi Tengah. Salah seorang pendaki dari Akar Indonesia, Iwan Akar yang sudah tiga kali mencapai puncak Kambuno menuturkan. Hal tersulit dalam melakukan pendakian ke gunung ini yakni ketika kembali dari pendakian. Pasalnya pada saat melakukan penurunan ada beberapa jalur yang harus diketahui dengan baik. "Salah jalur berarti kesasar, dan saya pernah satu kali waktu melakukan pendakian ke sana, beberapa rombongan kami salah jalur sehingga lambat empat hari sampai di camp pertama," ujarnya. Gunung ini sendiri pertama kali menjadi objek pendakian diperkirakan sejak tahun 1994 hingga 1995. Kelompok pencinta alam yang diketahui pertama kali melakukan pendakian ke gunung ini yakni Korps Pencinta Alam (Korpala) Universitas Hasanuddin. Setelah puncak Kambuno atau puncak Lantangunta berhasil ditembus oleh tim Korpala Unhas, beberapa kelompok pencinta alam kembali bergantian mencapai puncak. Hingga kelompok pencinta alam Se-Luwu Raya menjadikan gunung ini sebagai salah satu objek pendakian yang menarik dan menantang. Dari sisi mistik, gunung kambuno dikenal oleh warga setempat memiliki kekuatan magis yang tinggi. Pasalnya antara Gunung Kambuno dan Baliase berdasarkan cerita warga setempat masih ditunggui oleh sepasang jin. Konon menurut cerita jin laki-laki sebagai penunggu Gunung Baliasse dan jin perempuan sebagai penunggu Gunung Kambuno. Salah seorang tokoh masyarakat Desa Mangkaluku atau desa terakhir sebelum pendakian, Yunus, yang juga banyak dikenal oleh pendaki sebagai juru kunci Gunung Kambuno menuturkan cerita sepasang jin yang menguasai kawasan Kambuno dan Baliasse sudah ada sejak dulu. Ada beberapa kawasan di gunung ini yang hingga saat ini masih dianggap berbahaya untuk dimasuki. Pasalnya saat masuk ke wilayah itu cukup sulit untuk menemukan jalur keluar. Bahkan bisa hingga menyebrang ke Gunung Baliasse. Lebih jauh Yunus menuturkan kondisi medan di Kambuno cukup berbahaya jika keluar dari jalur yang selama ini digunakan oleh pendaki. Apalagi harus dilalui oleh orang baru. Banyak ranjau yang dipasang warga di gunung ini sebagai jaring untuk menangkap Anoa. Hewan khas Sulawesi ini diketahui masih banyak di pegunung ini. Dari sisi sejarahnya, gunung ini sendiri pernah dijadikan oleh kelompok DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar sebagai markas sementara dan tempat persembunyian. Di gunung ini kata Yunus, Kahar banyak menyebarkan agama Islam. Bahkan penduduk disekitar gunung di kabarkan banyak diislamkan oleh kelompok yang dipimpin oleh Kahar. Sementara itu selain kasus terkahir hilangnya lima pendaki dari Kampas, kasus serupa juga pernah terjadi diwilayah pegunungan tersebut. Desember 2009 lalu dikabarkan seorang pekerja jalan yang akan mengarah ke Seko hilang diperjalanan. Cuma pekerja jalan ini tidak melalui jalur Desa Mangkaluku tapi melalui jalur Kanandede yang merupakan jalur umum yang banyak dilalui oleh warga menuju ke Seko. Hingga saat ini pekerja jalan tersebut menurut Camat Sabbang, Adi Setiawan, juga belum diketahui keberadaannya. "Sebenarnya kasus ini merupakan yang ketiga kalinya, dua kali pekerja jalan yang hilang. Tapi yang hilang pertama kembali, cuma yang hilang kedua ini yang tidak kembali-kembali hingga sekarang," ujar Adi. *Baru Dua yang Ditemukan Lima Pendaki yang hilang sejak 3 Januari 2010 lalu, baru dua yang diketahui selamat setelah muncul di salah satu wilayah terjauh di Kabupaten Luwu Utara, yakni Kecamatan Rampi. Dua pendaki ini tiba-tiba muncul di belakang rumah seorang penduduk. Banyak cerita dari perjalanan dua orang ini hingga muncul di perkampungan warga. Tiga orang lainnya, hingga tulisan ini di publis masih belum ditemukan. Terkaan demi terkaan bermunculan dari warga. Hilang di tengah gunung dengan kurun waktu dua bulan bila dilogikan kemungkinannya sangat kecil untuk hidup. Tapi nyawa tetap ditangan tuhan. Manusia hanya bisa menebak. Tim pencari juga belum menyerah, mereka masih terus berupaya menemukan tiga orang ini dengan harapan ditemukan dalam keadaan hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun