Mohon tunggu...
Achmad Suhawi
Achmad Suhawi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Politisi Pengusaha

MENGUTIP ARTIKEL, Harap Cantumkan Sumbernya....! "It is better to listen to a wise enemy than to seek counsel from a foolish friend." (LEBIH BAIK MENDENGARKAN MUSUH YANG BIJAK DARIPADA MEMINTA NASEHAT DARI TEMAN YANG BODOH)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serangan Hantu Corona

27 Maret 2020   23:17 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:32 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Covid -19 merupakan varian virus Corona yang diduga berasal dari Wuhan, China. Wabah virus Corona belakangan menjadi momok yang amat menakutkan bahkan menimbulkan kepanikan yang begitu luar biasa ditengah-tengah masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Begitu banyak ironi yang menyertai bersamaan dengan menyeruaknya kasus Corona ini. Bahkan orang yang tidak terbiasa dengan bahasa inggris atau istilah asing harus mencari tahu dengan lebih serius terhadap istilah semacam LOCKDOWN; INDIVIDU DISTANCING; SOCIAL DISTANCING;  STAY HOME, dan lain sebagainya. 

Pihak berwenang pun mencoba mencari terobosan untuk membuat istilah yang lebih mudah dicerna oleh orang awam. Kerumitan yang terjadi ditengah masyarakat sebenarnya bukan terletak kepada rumitnya istilah yang digunakan, tetapi lebih kepada bentuk solusi yang dianjurkan kepada masyarakat karena berlawanan dengan kebiasaan. Namun begitu, bagi sebagian orang ada yang disiplin mengikuti anjuran, walaupun tidak sedikit yang tidak ambil pusing, dan ada pula yang menilai bahwa solusi yang diberikan justru menyengsarakan. 

Memang merubah perilaku seseorang apalagi masyarakat tidak semudah membalik telapak tangan, ibarat pameo : NGILANGIN WATUK LUWIH GAMPANG TIMBANG WATAK, yang maksudnya lebih kurang bahwa, "mengobati batuk jauh lebih mudah daripada merubah perilaku".

Pada umumnya dalam sejarah umat manusia, manakala ada suatu musibah atau bencana maka naluri kemanusian yang timbul adalah empati dan solidaritas kemanusiaan yang mewujud dalam tindakan nyata. Lain halnya dengan perang melawan virus Corona ini, tiba-tiba watak sosial sebagai manusia harus dihilangkan karena hal itu merupakan salah satu solusi, budaya gotong royong harus dihentikan. Pergi ke perkumpulan harus dihindari, ibadah bersama seperti sholat berjamaah di masjid, kebaktian di gereja, atau melakukan  ibadah bersama ditempat-tempat ibadah sangat dianjurkan untuk tidak dilakukan, datang kepengajian atau arisan lebih baik dihindari. Sosialita pun dilarang, tempat pendidikan semacam sekolah, pesantren atau universitas dan perkantoran diliburkan, resepsi pernikahan ditiadakan.

Dan apabila ada orang yang terjangkit virus Covid -19 kemudian meninggal dunia, maka penanganannya menjadi lebih rumit untuk memperlakukan sesuai rasa kemanusiaan dan syariat agama, dan seandainya bisa mengubur dirinya sendiri tentu akan dipersilahkan serta sangat dianjurkan agar tidak membahayakan serta berpotensi menjangkiti yang lain. 

Pada saat Ibunda Presiden Joko Widodo wafat, masyarakat umum tidak bisa turut serta menghantarkan almarhumah ke tempat peristirahatan terakhir karena selain prosesinya dilakukan tertutup. Pemerintah juga enggan untuk mempersilahkan masyarakat memberikan penghormatan untuk yang terakhir kali. Walaupun tetap ada yang bandel berada diluar rumah secara beramai-ramai namun aparat yang melakukan penjagaan tidak bisa berbuat banyak karena memang lazimnya menghantarkan langsung disertai dengan doa kepada Almarhumah.

Padahal, kebiasaan orang Indonesia bila ada yang meninggal dunia sudah sewajarnya untuk datang melayat, taksiah, atau menyampaikan duka cita, bahkan turut serta menghantarkan ke pemakaman sebagai tempat peristirahatan terakhir sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan kepada yang meninggal dunia dan yang berduka. 

Bahkan untuk orang terdekat, -- ikut serta memandikan jenazah, mensholatkan, menghantarkan ke pemakaman -- juga turut serta dalam acara doa bersama yang diadakan oleh keluarga secara khusus dengan menggelar acara baca Yasin dan Tahlil bersama. Acara doa bersama berupa pembacaan Yasin dan Tahlil sangat lazim dikalangan umat islam, terutama di basis-basis NU yang biasanya dilakukan sampai 7 hari, kemudian doa bersama lagi setelah 40 hari, 1 tahun, dan 1000 hari. Selain untuk mendoakan yang sudah meninggal hal ini juga menguatkan bagi yang ditinggal. Dalam rangka menghindari terjangkit virus Corona, kebiasaan tersebut tentu saja untuk sementara waktu perlu dihindari, entah sampai kapan! Semoga tidak terlalu lama. 

Fenomena Covid-19 bagi sebagian orang dilihat dengan kacamata keyakinan, upaya-upaya mencegah penyebaran dengan menghindari tempat keramaian termasuk tempat ibadah dan doa bersama seolah mengurangi keyakinan kepada Tuhan YME. Realitas ini mengundang pro kontra dengan beragam argumentasi dan pendekatan. MUI sempat mengeluarkan Fatwa tentang Sholat Jumat sebagai upaya agar masyarakat tidak terlalu banyak melakukan interaksi dan kontak fisik dengan yang lain. 

Berjabat tangan pun harus dihindari, suatu kebiasaan yang kemudian terasa janggal manakala bertemu seorang teman yang lama tidak berjumpa tiba-tiba bertemu secara tidak sengaja disuatu tempat tetapi tidak berjabat tangan karena khawatir ia kena Corona, atau kebiasaan berjabat tangan setelah selesai sholat atau sehabis dzikir bersama terpaksa harus dihilangkan. Sementara kebiasaan tersebut sebagai bagian dari HABLUM MINANNAS atau hubungan baik sesama manusia. Menutup diri dalam rumah masing-masing menjadi solusi sementara waktu daripada kikuk merespon situasi. Dan manfaatkanlah waktu untuk isolasi diri ini agar bisa lebih dekat dengan keluarga dan orang yang disayangi, sekaligus kepada Ilahi dengan melakukan secara mandiri.

Meskipun menjadi dilema karena harus mengurangi kebiasaan positif keseharian, --seperti keutamaan sholat berjemaah di Masjid, menolong orang lain yang sedang mengalami kesedihan atau tertimpa musibah, melakukan doa bersama atau pengajian, menghadiri majelis ilmu, dan sejumlah kegiatan sosial kemanusiaan lainnya. -- manakala ada bencana biasanya dengan serta merta dijadikan momentum agar lebih dekat dengan sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun