Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Qurban Berawal dari Sebuah "Ego" Kemanusiawian Nabi Ibrahim a.s.

28 Juni 2023   13:24 Diperbarui: 28 Juni 2023   14:08 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cing Ato
#SarapanPagidenganMenulis

Qurban adalah salah satu amalan Nabi Ibrahim a.s.  lalu dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw dan menjadi amalan sunnah bagi umat Islam di seluruh dunia.

Setiap tanggal 10 s.d 13 Zulhijjah umat Islam di seluruh dunia melakukan penyembelihan hewan qurban.

Perlu diketahui kronologis kejadian penyembelihan hewan Qurban. Peristiwa Qurban berawal dari kedermawanan Nabi Ibrahim. Beliau tidak segan-segan menyedekahkan hartanya di jalan Allah.

Dalam sebuah kisah beliau pernah menyembelih ratusan ekor unta dan ribuan ekor domba. Sehingga suatu hari ada seorang berujar kepadanya.

           "Banyak sekali ya, Ibrahim kau sembelih hewan untuk bersedekah?" Tanya salah seorang.
           "Jangankan bersedekah unta dan kambing untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, anak pun kalau ada aku sembelih, jika Allah perintahkan." Jawab Nabi Ibrahim.

Sifat manusiawinya--keegoan-- keluar hingga ia lupa bahwa perkataannya akan ditagih oleh Allah Swt.

Kebetulan Nabi Ibrahim a.s, pada saat itu belum mempunyai anak. Mungkin kalau pada saat itu beliau punya, pasti berpikir dua kali.

Biasanya perkataan seperti itu diucapkan, ketika orang itu belum ada sesuatu yang dimiliki. Seperti sering kita dengar perkataan orang yang belum mempunyai kendaraan."Nanti, kalau saya punya kendaraan, kalian ikut dengan saya." Tetapi, ketika mereka mempunyai kendaraan ia lupa atau dilupa-lupakan. Andaikan ada hanya sekali dua kali, selanjutnya pura-pura tidak melihat atau mendengar.

Betul saja ketika Nabi Ibrahim mempunyai anak yang bernama Ismail yang sangat disayanginya tumbuh dewasa. Allah menegurnya lewat mimpi. Mimpi pertama beliau anggap sebagai kembang tidur, begitu juga pada saat mimpi kedua. Namun, pada saat mimpi ketiga baru beliau yakin bahwa mimpi itu benar-benar perintah Allah Swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun