Himpunan mahasiswa Islam (HMI) memasuki usia 73 tahun. Sudah panjang nian perjalanan nya, sudah banyak suka duka dialaminya. Usia 73 tahun ini dianggap masa dewasa, masa tua, ataukah sudah seharusnya mati? Menjawab pertanyaan ini, maka mari sama-sama kita saksikan kondisi HMI sekarang dengan jelas.
HMI hadir di tahun 1947 tatkala negara membutuhkan semangat juang menjaga kemerdekaan dari ngerinya penjajahan. Selanjutnya, HMI tetap eksis tatkala negara sedang berada pada fase persebaran pemikiran dan ideologi kelompok tertentu. Konsisten sebagai organisasi yang berperan baik sampai reformasi tiba.
Melihat kondisi HMI hari ini seakan melihat organisasi yang biasa saja. Kenapa tidak, HMI sekarang hanya bangga dan nyaman dengan jumlah kader yang banyak, namun nampak biasa saja. HMI sekarang butuh sorakan untuk tetap hidup.
Saat musim politik tiba, bermunculan kader-kader nya yang "bergelandangan" mencari suaka dari figur politik tertentu (entah itu kanda atau orang yang di"kanda"kan). Kebiasaan ini tidak terjadi pada pusat semata, melainkan terjadi di hampir seluruh negeri. Bermacam model, mulai dari mendukung halus, mengampanyekan, menjadi timses atau sok menjadi konsultan politik figur tertentu.
Kebiasaan semacam ini tidak diketahui penyebabnya, entah lembaga yang membutuhkan figur politik atau kader, pada intinya kelak di saat figur politik yang didukung telah berhasil, semua akan lebih mudah. Atau mungkin sekedar memuluskan rencana LK2 tatkala kelak membutuhkan bantuan si Kanda. Sebab, jika sudah LK2 akan memuluskan persaingan di komisariat, cabang atau meja diskusi antar kader, sebab biasanya kader LK1 akan berbeda tempat dengan kader LK2, begitulah kelas sosial pada kader terbentuk dengan sendirinya.
Lain lagi, dualisme PB HMI tak berujung dan mengakibatkan terjadinya per"kubu"an. Cabang-cabang terbelah, siapa dipihak siapa, siapa dukung siapa, siapa ajak siapa, siapa ikut siapa, siapa dilantik siapa. Hal ini terus terjadi sepanjang tahun.
Anehnya, dualisme tersebut juga kadang dicampuri senior yang secara aturan tidak boleh mencampuri, senior bahkan juga ikut terbelah. Maka sang junior ini pun semakin nyaman dengan pembelahan ini, sebab senior pun menghendaki.
Meskipun begitu, Komisariat harus tetap melaksanakan perekrutan kader, tak peduli PB HMI seperti apa nanti, kaderisasi harus tetap lanjut, mungkin juga ini bisa jadi nantinya akan menjadi personel, alat tempur maupun pendukung setia tatkala sudah masanya dibutuhkan.
HMI seharusnya menjadi organisasi yang memberikan naungan, bukan sebagai lembaga yang asyik mencari naungan. Jelas, HmI itu bertanggung jawab atas terwujudkan masyarakat adil makmur, bukan memakmurkan lembaga apalagi penguasa. HMI itu juga bukan sebagai tempat membangun kelas sosial, maka sangat menyedihkan bila masih ada ego dibangun dan dikokohkan. Selanjutnya, HmI bukanlah sebagai alat untuk mencapai suatu tempat yang dianggap istimewa, bukan sebagai tempat mencari kepentingan.
Kongres HMI yang akan datang nanti juga menimbulkan pertanyaan. Siapa penyelengga dan siapa peserta, lalu bagaimana dengan pihak sebelah. Tah lah, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
Dengan kondisi HMI sekarang, entah apa yang terjadi kedepan. Sebagai kader, maka sudah sepatutnya saya mengucapkan ucapan "Selamat Millad Himpunan ku HMI yang ke 73" semoga lekas membaik. Terimakasih sudah mengajarkan berteman melebihi saudara, yakin dengan iman, mengusahakan dengan ilmu, menyampaikan dengan amal.