Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Azis Syamsuddin Pilih Melengos

25 September 2021   16:23 Diperbarui: 25 September 2021   20:06 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption - Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin ditahan usai diperiksa di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Sabtu (25/9/21) - nasional.kompas.com

*

Kembali pada kata melengos, bagaimana menggambarkannya? Visual yang ditampilkan media kurang terlihat suasana kebatinan seperti itu. Begitupun baguslah kata melengos ditampilkan.

Pertama, seperti sudah disinggung pada tulisan awal, minimal Azis Syamsuddin punya gaya berbeda di hadapan awak pers. Kedua, pemirsa-pembaca-pendengar (kata lain dari khalayak) diberi pilihan kata (diksi) yang berbeda untuk disimak dan dinikmati. Sambil menduga-duga betapakah remuk hatinya.

Dalam Bahasa Inggris kata melengos diartikan look away.  Dari KBBI kita temukan kata melengos dari asal kata "lengos" (Jw.). Artinya memalingkan muka, tidak sudi melihat, buang muka, dan seterusnya.

Penutur Jawa menggunakan kata melengos untuk orang yang memiliki rasa benci dan marah. Namun, bisa saja karena ingin menghindar, tidak mau bertegur-sapa, menganggap tidak penting orang yang ditemui, dan seterusnya.

Kalau masih penasaran juga bagaimana kata melengos diperagakan, tontonlah sesekali sinetron kita. Keberhasilan para pemeran antagonis salah satunya diukur pada pada kemampuan berakting melengos hingga bikin kesal penonton.

*

Sikap apapun yang ditampilkan orang-orang yang terkena kasus dan kemudian digiring ke kantor KPK sebenarnya tidak mudah dan serba salah. Apapun sikap dan ucapan mereka bakal jadi gunjingan di media. Ditanggapi pro-kontra, cibiran, hujatan. Terlebih orang-orang yang menjawab tanya wartawan dengan tertawa-tawa, atau gigih berkelit menyatakan diri tidak bersalah.

Jadi lebih baik diam, pura-pura tidak mendengar, wajah tanpa ekspresi, atau apapun yang lain. Yang dikehendaki khalayak sebenarnya rasa penyesalan. Kalau perlu dengan ucapan permintaan maaf, ekspresi sedih dan prihatin, dan bila perlu diperdrama dengan tangis sesunggukan. Tapi sulit mencari tokoh antagonis yang piawai dan lebay bertingkah serupa itu.

Para jurnalis gagal mengorek keterangannya. Azis bungkam, dan melengos. Mereka pun harus sabar menunggu hasil pemeriksaan KPK.

Pada Sabtu dini hari ini (25/9/2021) KPK menetapkan Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pemberian hadiah di Kabupaten Lampung Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun