Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

57 Detik yang Tak Terlupakan Dahsyatnya

29 Mei 2021   01:47 Diperbarui: 29 Mei 2021   01:47 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
57 detik gempa yogya - ogja.idntimes.com

Diantara yang panik, masih ada yang berpikir jernih. Ia bahkan sempat menyarankan kepada orang-orang yang panik untuk mencari cara lain dalam hal menyelamatkan diri. 

Seperti diceritakan oleh teman Mas Kuspriyo Murdono:  "Disamping gempa susulan yang terus menerus, yang buat tambah membuat  panik, .... juga karena ada isu tsunami. Orang-orang bilang tsunami sudah sampai Dongkelan, sehingga jalananan macet. Mereka mau mengungsi ke Jalan Kaliurang."

"Saya jelaskan kepada teman-teman kompleks perumahan agar tenang. Jalanan macet, dan kalau memang ada tsunami mending naik ke rumah tetangga yang tingkat 3. Akan lebih  aman, dari pada macet di jalan dan kesapu tsunami...!!"

*

Rumah Rusak atau Ambruk Rata Tanah

Masih cerita rekan Mas Kuspriyo: "Waktu gempa tahun 2006, saya pas di Yogyakarta. Di rumah seorang anak saya di Rejowinangun, Kotagede. Rusak, tapi tidak parah. Genting melorot, berjatuhan..!"

"Waktu itu saya dan semua anggota keluarga bertahan di sana. Tapi terjadi lagi gempa susulan, ya..!! Terpaksa pindah ke rumah lama di Ngampilan. Alhamdulillah aman. Semoga gempa tidak terjadi lagi karena menakutkan dan semua orang jadi panik, ya..!!!"

Lain lagi cerita Mbak Rachma Ghani, saat gempa besar terjadi ia berada di luar kota.
"Kebetulan pas gempa saya di Jakarta ... Rumah Gerjen yang rumah kuno n kosong ya kena retak2 ..."

Cerita lain lagi dari Mbak Anny Silviati. Bahasanya khas komunikasi di WA sesama perantau Jawa ke ibukota: "Omahku yo retak2 aja temboke, tp TV iso nggoleng2 tekan lantai.. . .omahe mbak Nanik, adike  mas  Djaji tonggoku, rusak parah. . . . tp alhamdulillahe nggak ada korban jiwa... sing ngalami yo podo trauma."

Ada lagi cerita Mbak Ika Nurbiati yang mengaku malu menuturkannya. Begini, katanya (ini juga tanpa titik, tapi hanya 69 kata): "Sy mau cerita tp malu, waktu Yogya ada gempa sy pas di Yogya, pagi2 jam 5 udah mau brkt, jd seisi rumah bangun, ibu mertua, adik ipar, sama kpnkn2 (baca keponakan-keponakan), sy waktu itu boncengan naik motor sama suami dg tujuan Yogya - Jakarta, pas berhenti sarapan baru lihat TV klu Yogya ada gempa besar, untung wkt itu udah bangun semua, rumah ibu mertua ambruk tinggal atapnya yg kelihatan" Masih ada sedikit terusannya: "Klu wkt itu masih tidur semua, mgkn tdk selamat (meninggal dunia)"

Soal rumah siapa yang rusak, dan bangunan siapa yang ambruk, atau utuh seperti tak tersentuh gempa, memang tidak mudah dimengerti awam. Jadi, menurut Mbak Tiesni: "Mmng sprtinya (kesannya) kayak "pilih2" ya yg rusak..hehe.. Ada yg rmhnya hancur..tp sblhe msh utuh...pdh kondisi awal bangunan podo..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun