Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Fitri, Kemenangan, dan Rela Mati Demi Selfie

16 Mei 2021   23:36 Diperbarui: 17 Mei 2021   09:35 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
evakuasi korban tengelam - solopos.com

Kemenangan, Kebablasan

Jadi dimana sebenarnya makna hakiki dari kata "kemenangan" itu? Dari dari apa? Seberapa hebat kita jadinya? Mengapa sangat banyak dengan begitu saja memperlihatkan diri justru sebagai pecundang?

Idul fitri menandai akhir shaum Ramadhan. Karenanya tidak ada nilai dan identitas fitri jika seseorang tidak melaksanakan shaum. Idul Fitri sering dimaknasi sebagai hari kemenangan. Menang dari godaan dan tantangan untuk menahan diri. Menang untuk menggapai tujuan muslim yang bertakwa, dan dapat kembali kepada fitrah.

Siapa mereka? Hanya Allah yang tahu. Dia akan memberi balasan secara khusus atas pahala shaum Ramadan hambanya yang beriman dan bertakwa.

Kembali pada kata kemenangan. Setidaknya ada 7 karunia diperoleh muslim-muslimah yang menjalani puasa Ramadan. Pada 10 hari pertama diturunkannya rahmat. Sepuluh hari berikutnya diturunkan  maghfirah. Lanjut, pada 10 hari terakhir diturunkan pembebasan dari api neraka.

Masih ada lagi kemenangan yang diperoleh, yaitu adanya lailatul qadar pada 10 hari terakhir khususnya malam-malam ganjil dengan nilai setara ibadah terus-menerus selama 1.000 bulan, atau 83 tahun. Kemudian ada pemberian zakat fitrah, yang merupakan penyempurna shaum agar orang-orang beriman kembali pada fitrah manusia. Baca juga: Omongan Tetangga, dari Buto Ijo hingga Kandang Bubrah

Selama bulan Syawal ada puasa 6 hari yang nilainya setara dengan puasa satu tahun terus-menerus. Terakhir, aktivitas horizontal sesama manusia, yaitu halal bi halal yang merupakan sarana menghapus dosa antar manusia.

Sayangnya, kita menanggapi makna kemenangan itu secara berlebihan, tak jarang kurang perhitungan, bahkan nekat dan keterlaluan. Beberapa aturan dialnggar dengan tanpa rasa malu, bahkan bangga, dan dipamer-pamerkan. Diantaranya bermula dari selfie, dan ada yang rela menerima akhir dengan mati.

*

Gangguan, Kematian

Orang-orang yang "kranjingan" selfie konon kebanyakan mereka yang punya gangguan mental, diantaranya berupa narsistik, yang perlu diterapi. Setiap gerak-langkah, kegiatan, tempat dan suasana meereka jadikan sarana untuk ber-selfie dan wefie. Untuk memperoleh gambar yang "wah dan tampak seru" perlu kecekatan-spontanitas dan keberanian. Tak jarang disertai nekat dan tanpa perhitungan. Hasilnya, tak jarang fatal. Baca juga: Memanfaatkan Bayar Zakat Fitrah Mudah Secara Online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun