Menteri KKP diduga juga membuat Kapolres Kupang terpapar Covid-19. Kunjungan kerja Menteri KKP selama dua hari (28 dan 29 Agustus 2020) di Kota dan Kabupaten Kupang.
Banyak warga masyarakat kota besar pun tak kalah aksi dalam mencemooh Covid-19. Aturan  pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta misalnya, tidak mereka perhatian. Akibatnya saat dilakukan operasi yustisi Protokol COVID-19 ( data 14 -- 23/9/2020), terdapat 2.845 warga terjaring petugas. Mereka nekat tidak memakai masker saat berada di luar rumah. Padahal dendanya cukup besar, Rp 250 ribu, dapat diganti dengan sanksi sosial.
*
Mencemooh tidak berbeda dengan mengejek, melecehkan, menyepelekan, menghina, dan merendahkan. Itu sikap yang buruk. Ujungnya, menyakiti hati dan mem-bully orang lain.
Mungkinkah kesukaan mencemooh sekadar hobi? Atau, watak sejak balita? Seseorang yang merasa diri "lebih" akan dengan mudah mencemooh orang dan pihak lain. Biasanya obyek cemoohan karena (dianggap) kurang-salah-bodoh-miskin. Â
*
Korona hingga hari ini masih belum gamblang benar tabiatnya. Virus itu pun sudah bermutasi pula. Berbagai teori dan hasil penelitian disampaikan ahlinya, belum lagi paparan pengalaman pasien tertular kemudian sembuh. Banyak cara untuk tertular, dan banyak pula cara untuk sembuh. Tetapi masih banyak hal terjadi diluar perkiraan.
Bersamaan dengan banjir informasi bermanfaat, banjir pula informasi tidak akurat, belum terkonfirmasi, belum diujicoba, bahkan hoaks. Yang sangat mengherankan, begitu banyak orang (sadar atau tidak sadar) menyebar informasi yang belum tentu kebenarannya itu.
*
Terkait dengan penyebaran Covid 19, sikap yang terbaik adalah terus mengikuti protokol kesehatan, mempertinggi imun, dan kurangi rasa was-was. Bagus saling mengingatkan dan menyemangati, serta membesarkan hati untuk terus menjaga imun dan iman. Mereka yang tertular sangat memerlukan empati dan simpati itu, bukan cemoohan dan lain serupa itu.
Bagi yang suka sekali mencemooh pasien tertular Covid-19 maupun protokol kesehatan; tunggu saja giliranmu.