Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Kejujuran Polisi Jadi Bahan Lelucon

19 Juni 2020   21:04 Diperbarui: 19 Juni 2020   21:09 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi polisi tidur - jambi.tribunnews.com

Iuran pengganti biaya operasional. Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu per rumahtangga/warung. Dari uang iuran Trisih dapat mengangsur truk pengangkut sampah.  

Ada lagi polisi pemulung sampah. Namanyanya Pak Seladi. Pangkat Brigadir Kepala, anggota Satlantas Polres Kota Malang. karena

"Bripka Seladi merupakan contoh pribadi yang patut diteladani, karena dia bertugas di tempat yang kata orang merupakan 'tempat basah', tapi dia memiliki mentalitas yang baik," kata Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji.

Bripka Seladi mendapat perhatian publik bukan semata karena pilihannya menjadi pemulung sampah selepas dinas, tetapi juga sikap yang melatarinya, yaitu mengajak koleganya menjadi polisi jujur, berdisiplin, dan melayani masyarakat tanpa pamrih, tidak arogan, dan dekat dengan masyarakat.

*

Polisi di Pondok Pesantren

Apa pikiran kita ketika ada polisi di pondok pesantren? Sedang melacak kasus kriminalkah? Sedang mengikuti acara seremonial? Sedang belajar ngaji? Tidak. Dua sosok polisi di pondok pesantren berikut ini tak lain pendiri dan pemilik pontren.

Adalah Aiptu Farizal yang merasa prihatin terhadap kondisi sosial warga. Banyak anak putus sekolah, mereka terlibat kriminalitas. Ia tinggal di kecamatan Padamaran Timur, Ogan Komering Ilir. Saat itu ia sebagai anggota Polres Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Ia bertugas di sana sebagai Bhabinkamtibmas sejak 1994.

Itu sebabnya ia membuka pondok pesantren.  Tahun 2007 peletakan batu pertama pembangunan masjid. Tanahnya 5,5 hektare. Tahun 2010 Farizal mendirikan pondok pesantren. Kini ada 191 santri.  Sejak 2015 meluluskan 2 angkatan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Pemikiran yang sama dirasakan oleh Brigadir Eko Julianto. Ia prihatin melihat anak-anak usia sekolah terlantar. Diantaranya salah pergaulan, berperilaku tanpasopan-santun. Sikap kepada orang tua tidak lagi menaruh hormat.

Pimpinan Kepolisan daerah menyatakan, Brigadir Eko Julianto merupakan sosok polisi berbudi. Ia peduli dengan mendirikan Ponpes di Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri Kota. padahal tempatnya berdinas di Polsek Jatiroto. Sekitar 45 Kilometer jauhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun