Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Masjid Keraton dan Kenangan pada KM Kambuna

20 Mei 2018   23:51 Diperbarui: 21 Mei 2018   00:35 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KM Kambuna sebelum dihibahkan

*

Masjid yang membuat jamaahnya nyaman, tenang, dan khusuk saat melakukan shalat, dzkir dan itikaf tentu menjadi masjid favorit. Setidaknya itu yang sara rasakan. Bangunan kuno dengan nuansa tradisional memberi nilai tersendiri.

Namun ada masjid yang tidak kuno dan tidak unik dari sisi arsitektur namun menjadi favorit saya, yaitu masjid di atas kapal penumpang. Kenangan ini sudah cukup lama berlalu, yaitu sekitar pertengahan tahun 1990-an.

Masjid itu ada di KM Kambuna, kalau tidak salah di dek 7. Saya tidak ingat namanya. Saat itu saya dalam perjalanan menjemput Isteri dan tiga anak yang saya tinggal keluarga di Manado., pada awal kepindahan saya ke Bandung. Harga tiket pesawat kala itu relatif masih mahal untuk ukuran kantong seorang pegawai negeri.

Lima hari saya sendirian saja menjadi penumpang kelas 4. Satu kamar/kabin terisi 8 orang, dengan dipan bertingkat. Saya naik kapal itu dari Tanjung Priok Jakarta, menuju Bitung - Sulawesi Utara. Selama perjalanan, kapal singgah di empat pelabuhan di koa Surabaya, Makasar, Balikpapan, Palu dan Toli-toli, sebelum sampai ke Pelabuhan Bitung.

Keunikan shalat di kapal saya rasakan luar biasa membekas di kalbu. Selama lima hari di dalam kapal saya mengikuti jadwal shalat yang hanya tiga kali sehari-semalam. Shalat Maghrib dijamak kosar dengan Isya', dan Dhuzur dengan Ashar. Kumandang adzan dapat diikuti pada setiap kamar-kamar. Selain tidur, jalan-jalan, antri makan, dan ngopi di kantin kapal, shalat berjamaah ke masjid selalu saya ikuti. Arah kiblat setiap waktu berubah-ubah tergantung posisi kapal. Biasanya setelah adzan diumumkan arah kiblat, ke arah belakang/buritan, samping kiri atau kanan, atau ke arah depan/anjungan.

Masjid luas, muat menampung ratusan orang Jemaah. Namun ketika shalat Jum;at, Jemaah meluber sampai ke dek. Bertindak sebagai iman dan khotib dipilih diantara penumpang yang sanggup dan mampu (dipilih secara tidak langsung ketika menjadi imam shalat sebelumnya).

Kalau tidak salah ingat KM Kambuna melayani pelayaran penumpang dari Medan ke Bitung. Berbagai suku bergaul dan berineraksi di atas kapal, aneka sikap-perilaku dan bahasa bercampur. Jamaah masjid pun dari berbagai golongan/aliran, namun ada toleransi tinggi di sana. Meski bukan tanpa insiden (pencurian barang orang yang sedang mandi, percobaan bunuh diri seorang penumpang, dan ketegangan antar penumpang saat antri makanan) saya mengimpikan kembali indahnya keindonesiaan sepanjang perjalanan itu.

*

Banyak masjid yang memiliki berbagai kelebihan dari segi lokasi, bangunan, fasilitas, dan keindahannya; namun masjid di atas KM Kambuna tetap menjadi favorit saya. Pada waktu itu ada juga KM Umsini yang juga memiliki masjid di dalamnya. Namun kesan saya tidak sama, karena saya berangkat bersama keluarga dan rombongan besar hingga terlalu repot dengan berbagai urusan lain.

Saya tidak tahu kondisi kapal-kapal penumpang  PT Pelni antar provinsi yang ada sekarang, tapi mudah-mudahan fasilitasnya (termasuk masjid) menjadi makin baik. Harapan lain mudah-mudahan pamor perjalanan menggunakan kapal laut dapat kembali digairahkan seperti sebelum harga tiket pesawat udara menjadi relatif mudah dan murah. ***20/5/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun