Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Gratifikasi untuk Jokowi dan Keteladanan (1)

14 Maret 2018   20:23 Diperbarui: 15 Maret 2018   06:24 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
barang graifikasi yang diserahkan

"Di bengkel tadi sudah berapa gelas minum kopi? Pulang ke rumah kok masih mau ngopi? Apa dada tidak sesak? Ganti teh saja ya? Mak bikinkan teh jahe. Pasti rasanya lebih nendang daripada kopi. Cobalah sesekali, Pak. . . .!"

"Okelah, teh jahe panas. Cepat, Mak. . . !" ucap Edi Mur serasa menyulut sebatang rokok kretek. Dari tas kulit kecil ia mengeluarkan koran yang dilipat kecil. Ketika Mak Fatmah selesai menyajikan minuman, Pak Edi Mur segera membuka koran di halaman yang khusus menyajikan laporan tentang barang graifikasi yang diterima Jokowi.

"Jangan dibaca, Pak. Ceritakan saja garis besarnya. . .!"

"Ya, garis besarnya. Emak kayak pejabat saja. Nah, ini dengarkan.  Jokowi menyerahkan ke KPK berbagai hadiah yang diterimanya selama 2017-2018. Hadiah itu sering pula disebut gratifikasi. Nilainya sekita 58 milyar rupiah. Kata petugas KPK yang menerima, pelaporan barang gratifikasi ini merupakan teladan yang baik bagi pejabat negara. . . . . .!  Nah, ini kutipan langsungnya. Baca sendiri. . .!"

Pak Edi Mur menunjuk kalimat yang harus dibaca. Lalu Mak Fatmah mengeja:  "Ini bagian dari pencegahan korupsi. Siapa pun PNS atau penyelenggara negara baik itu terkait atau tidak, diberikan sesuatu, melaporkan sesegera mungkin." **

Teh jahe tersaji. Pak Edi Mur membaui aromanya. Masih panas tapi justru merangsang hidung dan lidah untuk menyeruputnya sedikit demi sedikit. Betul juga saran isterinya, nikmat luar biasa. Ada sensasi yang berbada dibandingkan dengan minum kopi hitam. "Luar biasa nikmatnya. Alhamdulillah. Terima kasih, Mak. Tapi kalau kopi hitam tambah jahe pasti jauh lebih nikmat ya? Hehehe."

"Ingat umur. Sewaktu muda boleh saja minum kopi pagi, siang, malam. Sekarang yang penting jaga kesehatan. Jangan cuma cari nikmat. Lalu tiba-tiba stroke, jantungan, gagal ginjal. . . .!" jawab Mak Fatmah mengingatkan, lalu beranjak dari teras.*** (Bersambung)

Bandung, 14 Maret 2018           --   Gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun