Mohon tunggu...
Sugiyanta Pancasari
Sugiyanta Pancasari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Cerita dan Catatan" Yang tak boleh menua, dilumat usia

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pada Hening Subuh

10 Mei 2021   23:12 Diperbarui: 10 Mei 2021   23:11 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

pada hening subuh,
butiran cahaya terjatuh bersama tetesan peluh, dan basah sisa air wudhu yang meleleh, dan perlahan meluruh,
juga di tangan dan kakinya yang lebih sering tergoyah dan rapuh

"Jika masih ada, satu sudut saja, biarkan aku bersimpuh, membasuh jiwaku yang lusuh, berlumur dosa yang penuh," tubuh lelaki tua itu terlihat menggigil melafazkan taubat, setelah bertahun-tahun berkubang jalan sesat, bersama ribuan khilaf yang tak tercatat

inilah kali pertama, sejuk air wudhu menyiram dahaga kerinduannya, seolah Tuhan sedang membelai tubuhnya yang tak lagi berharga.

jemaah yang lain, yang merasa lebih baik ibadahnya segera bergegas meninggalkannya, sendirian di mushalla,
dan, butiran air wudhu yang tetap dibiarkannya, menjelma jutaan malaikat yang setia mendoakannya: tak ada yang sia-sia bagi setiap hamba yang bersungguh-sungguh memohon ampun sepenuh hatinya.

bagi lelaki tua itu, berserah diri adalah ikhtiar terakhir kalinya, biarlah pemilik Kuasa yang akan bicara.

pada hening subuh,
lelaki tua itu terus bersimpuh.

Jogja, 10 Mei 2021
Puisi Sugiyanta Pancasari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun