BANJARMASIN. Menarik memperhatikan bagaimana cara makan seorang tokoh berprestasi dalam kariernya.  Apakah ada kaitannya antara cara makan  sang tokoh dengan  perilaku kepribadiannya?
Mungkin cerita  berikut ini dapat menjadi pengetahuan yang berguna untuk memprediksi hubungan cara makan dengan kepribadian seseorang, termasuk memprediksi kepribadian diri kita secara mandiri.
Ketika makan bersama di sebuah restoran dalam perjalanan ke Banjarmasin, secara  diam-diam saya  mengamati bagaimana cara makan tokoh ini.
Kemudian,  saya coba untuk memaknai  secara logika hubungan cara makan dengan perilaku pribadinya. Dilakukan secara logika, karena  maklum saya bukan psikolog atau psikiater.
Piring yang tersedia diisi dengan nasi sekitar 5 sendok makan, ditambah sayur dalam volume yang tidak melebihi jumlah nasi, dengan lauk semacam, berdoa, Â baru memulai makan.
Makna kepribadian dari cara menyiapkan makanan seperti ini adalah: memiliki rencana yang baik, semua komponen dipastikan siap sebelum bertindak, hemat dalam menggunakan sumber daya, bertanggung jawab menuntaskan pekerjaan, serta memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ketika memakan lauk yang dipilih, yaitu kepiting bumbu padang, terlihat sangat dinikmati, diambil dagingnya satu per satu dari balik cangkang kepiting hingga seluruh dagingnya dapat termakan.
Selama makan kepiting tidak ada lauk lainnya. Lauk kepiting habis berganti dengan lauk ikan papuyu (bahasa Banjar) atau betok (bahasa Jawa).
Daging papuyu / betok sedikit demi sedikit dikuliti dari tulang dan durinya yang banyak dan tajam dengan penuh kesabaran hingga seluruh daging diangkat dari durinya yang ditinggalkan di piring.
Seekor papuyu  (betok) selesai dikuliti, baru diambil papuyu baru untuk diambil dagingnya dengan cara yang sama.
Makna kepribadian dari cara makan seperti itu adalah: fokus dan teliti dalam bekerja serta sabar dalam menghadapi tantangan.