Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Harum Semerbak Pondok Pesantren

10 September 2022   07:33 Diperbarui: 12 Desember 2022   12:55 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kreasi sendiri menggunakan aplikasi Canva.com

CIAMIS. Di tengah sorotan adanya kasus-kasus yang mencoreng Pondok Pesantren. Kiranya kita tidak boleh melupakan  harum semerbak  Pondok Pesantren  sebagai Lembaga Pendidikan berpengaruh di Indonesia. Masyarakat luas sangat mengakui dan menghargai  bahwa Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah mengakar serta menjadi bagian sosiokultural bangsa  Indonesia.

Pondok Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan agama Islam, tetapi juga sebagai lembaga pelatihan kewirausahaan, sehingga tingkat kemandirian alumni Pondok Pesantren lebih tinggi dari Lembaga Pendidikan Umum. Alhamdulillah, kini Pondok Pesantren sudah menemukan jati dirinya. Sudah banyak prestasi yang dicapai. Sudah dapat bersaing dengan Lembaga Pendidikan Umum.

Kini, alumni Pondok Pesantren banyak yang sukses di segala bidang. Mulai dari Petani hingga Menteri. Mulai  Ustadz hingga Konglemerat. Mulai Kaur hingga Gubernur.  Mulai  guru SD hingga DPR-RI. Mulai skala lokal hingga internasional. Mulai  Kades hingga Dubes, dan lain-lain.

Ini tidak terlepas dari banyaknya pondok pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah santri yang cukup besar. Data dari Kementerian Agama, pada tahun 2022 Indonesia memiliki 26.975 pondok pesantren dengan jumlah santri  sekitar  4 juta orang.

Modal dasar di atas, semakin dikembangkan oleh Para Kiai, untuk memformalkan Pondok Pesantren  berbasis vokasi. Salah satu ikhtiar ini adalah melalui pengembangan Balai Pelatihan Kerja (BLK) Komunitas yang mendapat dukungan Pemerintah. Dimaksudkan agar santri lulusan Pondok Pesantren memiliki pengetahuan, keahlian, dan berakhlakul karimah.

Sehingga mereka dapat menggerakkan usaha ekonomi produktif di lingkungan pondok pesantren maupun di lingkungan sekitarnya pasca selesai mondok, yang dalam jangka panjang akan menciptakan kemandirian ekonomi lokal, yang kemudian akan mewujudkan kesejahteraan bangsa, serta pada akhirnya akan mewujudkan keutuhan bangsa.

Inilah yang disebut dengan mewujudkan keutuhan bangsa dengan pendekatan kesejahteraan (prosperity), bukan pendekatan keamanan (security).

Tidak ada institusi pendidikan umum yang selengkap fungsi Pondok Pesantren. Santri dan Kiai bersatu bekerja sama untuk melatih disiplin, sejak sebelum subuh sudah bangun dan lalu dilanjut salat subuh berjamaah, ini sungguh latihan disiplin yang tidak ringan, maka siapapun yang lulusan pesantren dan istikomah dengan amalan ini, insyallah hidupnya akan sukses. Karena dalam dunia pesantren kita mengenal Maqolah, al istiqomatu khoirun min alfi karomah: konsistensi, disiplin itu lebih baik dari seribu karomah. Ini adalah jargon milik pesantren.

Soal tanggung jawab, Santri pasti akan memiliki tanggungjawab atas hidupnya, karena dia hafal hadits nabi Muhammad SAW, kullukum roo in wakullukum mas ulun an roiyyatih, bahwa setiap kita punya tanggung jawab yang harus kita tunaikan atas amanat yang dibebankan kepada kita. Santri, apalagi Kiai pasti hafal soal ini.

Kalau ada santri yang berhasil jadi pengusaha, maka dia akan memegang teguh hadits Rasulullah SAW dari riwayat Ibnu Majah, yang berbunyi, "berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering".

Sebaliknya kalau santri yang menjadi pekerja, pasti dia akan sungguh-sungguh, bekerja keras sebagai wujud nyata dari tanggung jawab, disiplin dan istikomah. Sikap inilah yang dibutuhkan dalam dunia kerja yang penuh persaingan.

Dalam menghadapi persaingan global dan kompetisi dunia, secara kuantitas potensi kekuatan negara kita sebetulnya cukup besar. 60% dari penduduk Indonesia adalah anak muda. Jumlah tersebut akan terus meningkat hingga mencapai 195 juta penduduk usia produktif di tahun 2040. Hal ini sejalan dengan Bonus Demografi yang sedang terjadi di Indonesia saat ini.

Namun. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Februari 2022 oleh BPS, kualitas angkatan kerja Indonesia masih rendah: Dari 135.611.895  orang Penduduk Yang Bekerja, 57,22 persennya hanya berpendidikan SMP ke bawah. Dan dari 8.402.153  orang penganggur sebesar 37,5 persennya  berpendidikan SMP ke bawah.

Daya saing kita juga rendah. Dari 64 negara hasil IMD World Competitiveness Ranking  Tahun 2021, kita berada pada peringkat 37. Sementara Singapura rangking 5, Malaysia rangking 25, dan Thailand rangking 28.

Berbagai tantangan di atas dapat diatasi apabila generasi muda Indonesia adalah generasi produktif yang berakhlakul karimah sebagaimana jati diri para santri lulusan Pondok Pesantren Berbasis Vokasional. Terima kasih kepada Para Kiai pengasuhnya. Keharumanmu tetap semerbak sepanjang masa. Indonesia semakin membutuhkanmu.  (S. Sumas / sugiarto@sumas.biz / 07012017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun