Malam yang panjang diawali beberapa hal sebelum isteri merasa mules, sebentar saya tinggal pantau pos jaga diujung desa. Beberapa hari yang lalu baru saja desa membuat pos kamling sebagai pusat jaga keamanan desa.
Beberapa Linmas berpakaian lengkap tampak mondar mandir membawa kayu untuk perapian rupanya tidak cuma api unggun tapi ada segluntung ayam potong yang lagi dipanggang di atas perapian.Â
Sebelum pamit istri teriak "bapa jangan lama lama." Setengah jam sesaat saya beramai ramai makan ayam panggang, istri sms minta saya segera pulang.
" Perut mama terasa sakit, bapa cepet pulang."Â
Baca pesan itu saya bergegas pulang benar saja istri meringis sayapun segera siap siap jelas bakal lahir si jabang bayi.
Sesegera saya ambil mobil siaga dikantor kepala desa tak sabar dan tidak mau juga merepotkan supir mobil siaga, saya langsung bawa sendiri tak banyak berfikir melihat dari riwayat masa hamil yang begitu rumit dan diwanti wanti agar jangan sampai teledor. Saya langsung tancap gas ke rumah sakit umum dr. Soeselo Slawi Tegal.
Sampai dirumah sakit pukul 01.30 wib istri terlihat meringis merasakan mules perut kontraksi si jabang bayi.
Tendangan awal masih bisa diam cuma gerem gerem saja setengah jam lewat bidan memeberi sinyal katanya baru pembukaan tiga secara normal maka mesti nunggu sampai pembukaan ke sepuluh.
Teriak isteri menahan mulai tak tertahan kipas, pendingin udara sudah tak mampu membuat nyaman keadaan dalam kondisi melintir kesakitan, saya sempet bercanda dengan berbisik " makanya jangan royal, srakat sih.." istri sepontan tertawa tapi nahan sakit. Hihi huuuh sakit pa. Gumamnya.
Makin lama makin kenceng saya tak tega jika melihat istri sedang meraung merasakan dua hal sakit dan pintu maut yang terlintas.Â
Itu yang mungkin bisa saya bayangkan saat menatap istri yang kesakitan bukan kepalang.