Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa merangkap marbot masjid di pinggiran Kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Daya Survive Lansia di Masa Pandemi

18 Juni 2020   10:40 Diperbarui: 18 Juni 2020   10:41 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lansia menjadi kelompok umur yang rentan sekali terpapar covid 19. Hal ini mengingat kondisi kesehatannya yang sudah mulai menurun, di sisi lain lansia kerap kali ditemukan memiliki riwayat penyakit yang sudah dideritanya sebelum pandemi covid 19 merebak. Akumulasi dari itu semua membuat kelompok umur lansia menjadi golongan yang perlu mendapat proteksi dan perhatian lebih, terutama dari keluarganya sendiri.

Rilis data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 , ada sebanyak 14,1 persen orang yang positif covid 19 adalah lansia. Prosentase ini lebih tinggi dari jumlah lansia Indonesia 2020 yang hanya sebesar 10,65 persen. Kemudian sebanyak 43,6 persen pasien covid 19 yang meninggal adalah lansia.

Bentuk proteksi dan perhatian itu setidaknya ada dua. Pertama, pihak keluarga membatasi aktivitas lansia, terutama yang menyita banyak waktu di luar rumah. Keluar rumah hanya satu jam. Bertetangga kadang juga dilarang. Sekilas pembatasan ini memang terlihat baik, tapi dampaknya bisa menyiksa lansia. Terlebih lansia yang di masa mudanya memiliki riwayat sebagai aktivis, atau banyak terlibat di banyak organisasi sebagai dewan pembina atau penasihat.

Kedua, anggota keluarga, terutama yang kerap melakukan perjalanan di luar rumah menahan diri untuk tidak bersua dengan mereka yang sudah lansia. Meskipun hidupnya bersama dalam satu atap. Karena bisa jadi, anggota keluarga ini menjadi perantara penularan covid 19 kepada lansia. Mereka mungkin tidak merasakan ada yang aneh ketika terjangkit covid 19. Ya hal itu wajar, karena imun di tubuhnya masih bekerja dengan normal.

Dua bentuk proteksi dan perhatian ini kadang diejawantahkan terlalu berlebihan di banyak keluarga. Alih-alih bisa menjaga kesehatannya, justru yang terjadi malah sebaliknya. Lansia tambah sakit. Memang mengedepankan kesehatan di masa seperti ini penting dan mendesak, tapi kebutuhan psikologis, terutama untuk lansia juga perlu dipenuhi.

Beruntung bagi lansia yang bisa menyalurkan aktivitas produktifnya di masa pandemi pada hal-hal lain. Dan ini mendapat dukungan sekaligus fasilitas dari keluarga. Murniaty Wardani (65), anggota Kelompok Lansia Bahagia Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat misalnya. Selama tiga bulan di rumah, ia justru kerap mendapat pesanan untuk membuat kue serabi. Selain itu, ia juga kembali bergeliat dengan aktivitas yang sudah lama tidak disentuhnya, misalnya berkebun atau merajut.

Ada juga Belinda Gunawan (77), mantan wartawan Femina Group ini menghabiskan banyak waktunya dengan membaca, menulis, dan menjahit baju cucunya. Sejak pensiun di tahun 2006, ia terlibat aktif sebagai pembicara di banyak pelatihan untuk wartawan sampai tahun 2016. Kini ia juga masih aktif menulis sejumlah buku dan cerpen  serta opini di facebooknya.

Kedua kabar lansia produktif ini bisa kita dapati di Koran Kompas dengan tajuk "Tetap Aktif dan Berpikir Positif Selama Pandemi", 18 Juni 2020. Tajuk menyiratkan sindiran keras, terutama bagi generasi yang datang belakangan yang hanya menghabiskan banyak waktu untuk rebahan. Aktif dan produktif hanya sekadar wacana sebelum terlelap dan nyinyiran pada sesama guna menaikkan popularitas di media.

Tapi yang menjadi pertanyaan penting dari kabar itu adalah, bagaimana dengan lansia yang hidup di keluarga yang serba kekurangan? Atau lansia di desa yang tabiatnya selalu pergi ke sawah atau pasar untuk tetap menjaga kestabilan ketahanan pangan keluarganya? Apakah kegiatan itu bisa disebut produktif, aktif, dan berpikir di masa pandemi seperti ini?

Dengan sangat mudah, kita bisa mengatakan sudah ada bantuan sosial dari banyak pihak yang didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan. Atau bisa juga kita mengatakan, "kan ada anggota keluarga yang harusnya bisa mengurus mereka para lansia agar tidak terjangkit covid 19". Ya itu memang mudah dan benar, tapi realitas kerap kali tidak bicara dengan sesederhana itu, tidak juga sama persis dengan kabar di media atau prasangka kita semata. Bukankah begitu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun