Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa merangkap marbot masjid di pinggiran Kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip

Jogja Kembali Membuka Tempat Wisata

3 Juni 2020   12:34 Diperbarui: 3 Juni 2020   12:25 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
yogya-backpacker.com

Pariwisata merupakan salah satu sektor pendongkrak perekonomian rakyat. Pengelolaan yang baik dan tempat yang menarik menjadi daya pikat orang-orang untuk datang berkunjung. Kunjungan orang mesti menghasilkan uang. Sejumlah laku produktif yang dulu belum terpikirkan, lamat-lamat mulai diadakan. Sebut saja tempat parkir, toilet bersih, penginapan, dan warung-warung kelontong yang menjual cinderamata, makanan berat, makanan ringan, sekaligus es degan. Semua itu menjadi mata pencaharian baru di tempat wisata, sekaligus masuk deretan angka statistik laporan akhir tahun pemerintah soal penyediaan lapangan kerja dan pengurangan pengangguran.

Namun selama kurang lebih tiga bulan ini, wisata harus dipaksa tutup. Dampak pandemi covid 19 memang tidak pandang bulu, mulai dari kehilangan saudara tercinta sampai ambleknya ekonomi sangat dimungkinkan terjadi. Bahkan di tengah-tengah pemberlakukan new normal, kekhawatiran terpapar virus ini masih menghantui. Meski di satu sisi, protokol kesehatan oleh sejumlah kementerian telah diedarkan.

Di Yogyakarta sendiri geliat pariwisata mulai dibuka kembali. Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan bahwa sekarang sudah saatnya menerapkan normal baru guna membangkitkan kembali perekonomian masyarakat DIY. Maka dari itu, Sultan menghimbau untuk menaatai sejumlah protokol yang telah ditetapkan untuk mencegah dan menekan laju covid 19. Protokol ini juga untuk mengantisipasi gelombang wisatawan yang datang dari luar DIY. Kabar ini dapat kita temui di Koran Republika, 03 Juni 2020 dengan judul "Sultan: Hati-Hati Terapkan Normal Baru". Judul menginformasikan kewaspadaan pada pembaca, pelaku dan pengunjung tempat wisata.

Simak wejangannya, "Pembangunan kembali ekonomi di DIY harus kita lakukan bertahap. Jangan terlalu drastis sambil kita pantau perkembangannya, kita sambil belajar pada situasi. Dengan begitu tidak beresiko untuk masyarakat kecil". Pemerintah emoh dicap tidak peduli oleh rakyatnya. Nasehat bijak, belum terpapar sejumlah kalkulasi untung rugi dan investasi. Semoga nasehat ini tidak seperti janji kampanye, menggaungkan kesejahteraan tapi rakyat belum usai dirundung kemlaratan.

Seperti paragraf di awal, tempat wisata membuka sejumlah laku produktif baru, salah satunya penginapan dan rumah makan. Deddy Pranowo Eryono, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan bahwa sejumlah hoten dan restaurant yang ingin beroperasi kembali, harus menaati protokol kesehatan. Pernyataan ini dimuat di Koran Kompas melalui tajuknya "Pariwisata di Daerah Mulai Bergeliat", 03 Juni 2020.

Protokol kesehatan yang dimaksud meliputi sejumlah aturan seperti karyawan dan tamu wajib memakai masker, mencuci tangan, dan menjalani pengukuran suhu tubuh. Kamar juga harus steril sebelum dan sesudah digunakan oleh tamu. Yang menarik, kolam renang di hotel harus dibatasi untuk mencegah kerumunan. Poin terakhir mungkin akan menerapkan ilmu matematika, jika luas dan lebar sekian jumlah pengunjung berapa. Ah tapi selama menguntungkan, ilmu dan aturan bisa saja diabaikan.

Iya, memang pariwisata di saat-saat pandemi covid 19 seperti dua sisi mata uang. Di satu pihak menguntungkan karena dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat. Ketahanan pangan, harmonisasi kerukunan suami-istri, dan kenyamanan pikiran karena memiliki penghasilan dapat membuat keluarga melampui masa-masa sulit. Dalam teori sosial, keluarga menjadi elemen terkecil sekaligus penentu dari sejahtera dan tidaknya suatu bangsa. Semacam hukum kausalitas, jika keluarganya sehat dan sejahtera, maka bangsanya akan berlaku demikian. Begitu pun sebaliknya.

Namun di pihak yang lain, pembukaan tempat wisata juga bisa menjadi pemicu lonjakan orang terpapar covid 19. Kendati protokol sudah diedarkan, tapi kita tidak boleh lupa, bahwa masyarakat kita terbagi dalam tiga golongan dalam menyikapi pandemi covid 19 ini. Ada masyarakat yang tahu kemudian taat kepada aturan yang berlaku, ada juga masyarakat yang tahu tapi tidak peduli terhadap aturan, dan ada juga yang tidak tahu perkembangan situasi di lapangan sekaligus tidak peduli dengan aturan. Semua memiliki potensi tertular dan menularkan di tempat wisata. Begitu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun