duduk tafakur,
lelaki tua dengan badan tinggal tulang kulit yang membalut
...tafakur di ujung umur menanti kubur,
tak ada dansa dansi yang memikat hatinya,
tak ada minuman yang memuaskan dahaga,
hanya cinta yang abadi yang didambakannya
seribu bulan menari-nari, menggoda tiada henti,
liak liuk perawan menimpali,
ular-ular bekasakan menambah riuh tetabuhan nikmat sesaat,
magis tangan-tangan tak tampak, puasi nafsu....
lelaki tua kembali tafakur,
bagai uapan embun di tengah hari,
ia terbiasa mengekang berjuta derita,
dari tunduknya kepala, ia bicara
tak ada dua cinta di hatinya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!