Dayak merupakan kata ejeken yang memilukan hati. Ketika seseorang menyimpang dari norma-norma yang umum-norma Islam dan penjajahan Belanda disebut sebagai "dayak". Ikan dan belacan busuk di toko disebut dayak. Anjing kurus dan kurap di jalanan juga disebut dayak. Dayak, berarti kotor, kafir, tidak tahu aturan, buas, liar, gila, terkebelakang, tidak berbudaya. Dayak adalah orang liar Borneo yang berekor.
Masyarakat
 Dayak adalah masyarakat lisan. Oleh karena itu tradisi lisan memainkan peranan sentral dalam tatanan hidup bermasyarakat. Tradisi lisan, kata Waiko (1981), adalah lan- dasan kesadaran diri dan otonomi sebuah suku bangsa ketika mereka berhubungan dengan dunia luar. Jika Waiko benar ma- ka lewat kesadaran itu suku bangsa Dayak menemukan dan mengidentifikasi diri. Maka ia kemudian menjadi salah satu dari identitas kolektif sebuah masyarakat. Sejalan dengan itu, King dan Ave menyebut tradisi lisan sebagai media bagi orang Dayak untuk menyampaikan pandangan mereka tentang kehi- dupan dan maknanya, tentang kematian dan realitas kehidupan setelah kematian.
Menurut masyarakat Dayak, dunia dan segala isinya dicip- takan oleh Yang Maha Tinggi. Schärer (1963) dalam bukunya "Ngajuk Religion, the Conception of God Among a South Bor- neo Indigenous peoples" secara terus terang menyatakan, kon- sep ketuhanan pada masyarakat Dayak tidak dapat dipahami hanya melalui kehidupan empiris. Schärer seperti halnya Coo- mans, adalah salah seorang dari sejumput teolog Kristen yang mengakui adanya konsep ketuhanan pada suku bangsa Dayak.
Orang Dayak Kenyah disebut Bunga Malam. Pada Dayak Kanayatn, dia disebut sebagai Daniang, dan menurut orang Simpang disebut sebagai Nek Duata. Orang Ngaju mengenal dua macam pencipta, masing-masing Yang di Atas dan Yang di Bawah. Yang di atas disebut Tingang dan Yang Di Bawah ada- lah Tambon (Naga). Dalam literatur lisan Ngajuk, keduanya lebih dikenal sebagai Mahatala dan Jata. (Lihat Kusni, "San- sana Tingang arungut Jata").
sistem kepercayaan agama tertua suku Jawa Kapitayan (dari Jawa: )
 adalah salah satu agama kuno masyarakat pulau Jawa; yaitu terutama bagi mereka yang beretnis Jawa sejak era paleolitik, mesolitik, neolitik dan megalit. Kapitayan merupakan salah satu bentuk monoteisme asli Jawa yang dianut dan dijalankan oleh masyarakat Jawa secara turun temurun sejak zaman dahulu. Orang Jawa setempat kerap juga mengidentifikasikannya sebagai "agama kuno Jawa", "agama monoteis Jawa", "agama monoteis leluhur", "agama asli Jawa", yang mana berbeda dari Kejawen (agama Jawanik lainnya yang bersifat non-monoteistik).
Materi III : Muh. Zainuddin Raddolahi, S.Sos. M.SI
Menurut Taylor " Animisme merupakan esensi agama karena dianggap sebagai karakteristik dari semua agama"
Menurut Durkheim "Totemisme merupakan kepercayaan masyarakat terhadap roh dan benda-benda"
Integrasi ialah dimana manusia menjalani kehidupan sehari-hari sebagai budaya. Antropologi tidak pernah terlepas dari 2 pandangan teori yaitu amerika dan eropa. Berbicara soal agama ialah berbicara tentang sifat dan alamiah (terkait bagaimana seorang antropolog melihat hal-hal terkait agama). Sifat berbicara tentang dua hal yaitu simbol dan makna.