Mohon tunggu...
Suci Nur Hidayati
Suci Nur Hidayati Mohon Tunggu... -

I'm taking what's there now, do the best what i can.\r\nI trust my future to destiny of God Almighty

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Egois Bisa juga Bersimbiosis Mutualisme

11 Desember 2013   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:04 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa saat lalu gencar dimediakan salah satu fenomena miris dalam ranah pendidikan. Kisah sekelompok siswa Sekolah Menengah Pertama dalam kasus pembuatan video “di atas umur”. Mereka yang merupakan teman akrab di kelas, ternyata malah ‘terjebak’ dalam status sosial, dimana ada motiv pribadi didalamnya.

Mengutip ajaran Positivisme dari Auguste Comte yang mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dua kecenderungan yang cukup bertentangan, yaitu Egois dan Altruistik. Antara sebagai diri sendiri yang mengutamakan kepentingan pribadi dan sebagai bagian dari lingkungan sosial masyarakat yang memiliki rasa ingin menolong kepada orang lain.

Kasus pelajar diatas bisa menjadi contoh adanya ‘yang 2’ egois dan altruistik dalam diri individu. Egois, karena mereka para pelaku memaksakan kehendaknya untuk memaksa temannya -sebagai korban- melakukan perbuatan tercela hanya demi kepuasan diri mereka. Altruistik, ketika para pelaku saling bekerja sama untuk ‘mengerjai’ temannya tersebut, atau ketika si korban mau menuruti kemauan teman-temannya meskipun terpaksa.

Banyak sekali fenomena -yang tampak- sosial terjadi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar kita. Transaksi Jual-beli, berkenalan, mengobrol, bertengkar, melihat suatu pertunjukan, bahkan bercengkrama dengan dunia maya merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dengan orang lain. Bukti bahwa kita makhluk sosial. Dari kegitan sosial yang adem ayem, damai, harmonis sampai yang bergejolak, penuh anarkis, bahkan peperangan. Semuanya merupakan kegiatan sosial karena dilakukan bersama-sama dengan orang lain. Namun, coba lihat per-individunya, pastilah ada tujuan yang berbeda. Ada motiv pribadi dibalik kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan orang lain. Ada pemenuhan egois dan altruistik di dalamnya, ‘yang 2’ tersebut selalu ada dalam kehidupan manusia.

Kadangkala sebaik-baiknya diri, selalu memikirkan orang lain, sering kasihan terhadap yang lain, peka lingkungan, ambil contoh seorang alim, pastilah ada ‘si egois’ dalam dirinya, seperti ingin pahala, ingin pujian, ingin dihargai, dan sebagainya yang untuk dirinya sendiri. Sebaliknya bagi diri jahat yang selalu egois mementingkan diri sendiri, selalu bertindak sesuka hati, seperti si maling di kereta ataupun maling di pemerintahan (upz..), pernahlah terbersit dalam diri mereka rasa memikirkan orang lain, demi orang lain. Semuanya tergantung seberapa besar salah satu dari ‘yang dua’ egois dan altruistik mendominasi dalam diri setiap individu.

Sebenarnya kedua hal tersebut bisa saja akur, adil, berjalan beriringan dengan damai menciptakan suatu keteraturan sosial. Kembali mengutip pemikiran si Gus Com (auguste comte : red) yaitu dengan cara selalu mengutamakan simbiosis mutualisme. Boleh-boleh saja si egois muncul, ingin memenuhi keinginan dalam dirinya, ingin memuaskan dirinya, ingin bertindak bebas seperti kehendaknya, ingin yang menguasai semua demi dirinya, Boleh. Namun, untuk dapat merasakan nikmatnya egois tersebut, diri harus menyadari adanya rasa altruistik, aku ingin menolong orang lain, aku ingin mereka di sekelilingku juga merasa senang dengan keberadaanku, aku ingin mereka mau mengikuti kemauanku dengan rela agar tak manjadi masalah kedepannya. Simbiosis mutualisme, kembali sadari untuk berbuat adil, aku dan mereka harus bisa sama-sama merasa nikmat dalam hidup ini. Sebelum bertindak memenuhi si egois, munculkan juga si altruistik. Aku gak bisa benar-benar egois ketika orang lain malah menentang keberadaanku. Penuhi rasa egois dalam diri dengan pemenuhan altruistik terhadap orang lain. Sehingga untuk selanjutnya kan tercipta saling ketergantungan dalam hidup bersama, antara si egois dan altruistik dalam diri, juga antara diri sendiri dan orang lain dalam hidup. . .

“hidup itu haruslah mudah, nyata, dan jelas”


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun