Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Solo Raya Kesulitan Cari Gas Melon

16 Mei 2015   09:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14317420301148398584

Terhitung dalam dua minggu terakhir ini masyarakat kesulitan mencari gas elpiji ukuran 3 kilogram. Beberapa pengecer seperti toko sembako, kelontong, agen kecil yang biasanya menjual  tabung gas melon itu cukup banyak, sekarang  mereka hanya diberikan jatah tak lebih dari empat tabung saja perhari. Itupun kata mereka sulit untuk mencarinya.

Saya merasakan sendiri sulitnya mencari tabung berwarna hijau tersebut. Pengecer mengaku tidak mempunyai stok yang cukup, selain dijatah hanya boleh beli maximal 4 tabung juga harus antri  dan pesan lama sebelumnya.

Selain gas tersebut sulit dicari , harga juga merangkak naik. Jika biasanya dijual eceran rata-rata Rp 17.500, sekarang mencari yang menjual hargta Rp 20.000 pun sulit. seperti hukum pasar, jika barang susah dicari maka harga akan melambung tinggi. Dan itulah yang terjadi saat ini.

Herannya, gas elpiji 3 kilogram terus langka, padahal pertamina  sudah beberapa kali melakukan operasi pasar. Di Soloraya sendiri saat operasi pasar disambut antusias oleh warga terutama pengecer gas. Tetapi sekali lagi mereka dibatasi jumlah pembeliannya. Dan lagi-lagi gas di pasaran tetap saja sulit dicari.

Keluhan kelangkaan gas tidak hanya di sampaikan ibu rumah tangga, para pedagang makanan mengaku tambah pusing dan binggung karena harga bahan pokok (sembako) naik sementara gas juga susah dicari.Bahkan pedagang mie ayam yang biasa lewat di depan perumahan kami untuk sementara memutuskan libur berdagang karena tidak mendapatkan gas 3 kilogram.

Jika merunut informasi dari Pertamina yang menjaga pasokan dan ketersediaan gas 3 kilo tersebut, tetapi tetap saja di pasaran barang langka, kemungkinan besar ada ' permainan' yang menyebabkan gas langka. Kemungkinan besar ada' oknum' / mafia elpiji entah di tingkat pertamina, BPH migas, distributor, agen yang memanfaatkan subsidi dari gas 3 kilogram tersebut. Modus yang dipakai mungkin dengan cara-cara lama mengurangi isi gas 3 kilogram untuk disuntikkan ke tabung gas yang tidak bersubsidi.

Rakyat kecil sesungguhnya tidak terlalu peduli apa yang  terjadi, mereka hanya butuh kemudahan dalam memperoleh gas 3 kilogram yang setiap hari dibutuhkan.  Keluhan sudah mulai terdengar, awalnya lirih dan hanya di komunitas sendiri. Tetapi jika tidak segera diakomodir oleh pemerintah, niscaya keluhan tersebut akan membesar dan lebih nyaring bunyinya, tidak hanya terdengar di sekitar tetapi akan menjadi keluhan massal. Dan ujung-ujungnya bisa menyalahkan pemerintah Jokowi yang dianggap membuat beban hidup rakyat semakin berat. Oleh karenanya sikap tegas pemerintah terhadap mafia elpiji. ***

(Solo, 16 Mei 2015)

Pertamina melakukan operasi pasar elpiji 3 kilogram terkait isu kelangkaan tabung gas ukuran tersebut.

Hal itu dikemukakan eksternal relation Pertamina Marketing Operation (MOR) IV Jateng dan DIY Robert MV Dumatubun di Semarang J

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun