War Takjil Keluarga, dari Antrean Panjang hingga Menemukan Makanan Favorit
Momen puasa jika berkumpul dengan keluarga akan terasa lebih hangat. Banyak kisah yang bisa diciptakan apalagi saya pribadi tak punya kepiawaian membuat takjil yang mengundang selera. Alhasil untuk menyenangkan keluarga adalah mengunjungi pasar Ramadan. Pasar Ramadan yang pada umumnya sangat ramai dan fenomena antreanya yang terkadang diri sendiri enggan ikut serta. Tapi karena momen berkumpul jarang terjadi apalagi kedua anak tidak tinggal di rumah. Tentu momen ini merupakan momen yang baik bisa memberikan kenangan tersendiri.
Jika saya tinggal bersama anak balita. Terasa rumah sepi. Tak terlintas sedikit pun mengikuti tren berburu takjil. Sebagai orang yang tak hobi nyemil, tentu mubazir sekali membeli. Cukup makan yang dimasak lalu konsumsi buah dengan segelas air putih sudah cukup bersyukur. Hal tersebut didukung anak balita saya suka makan nasi dan beberapa makanan ringan. Alhasil, sore saat menjelang berbuka dihabiskan waktu untuk menyiapkan makanan untuk diri sendiri dan sekaligus untuk persiapan sahur.
Itulah siklus kehidupan jika hidup jauh dari keluarga. Apa pun kondisinya tetap disyukuri. Insyaallah tidak mengurangi esensi dari makna puasa. Lain halnya kedua anak yang sedang sekolah datang menjelang liburan Ramadan dan begitu halnya suami. Biasa waktu banyak digunakan santai akan berubah seketika sibuk. Sibuk mengatur jadwal masak dan tak melewatkan berburu takjil sekadar memberikan kenangan dan apresiasi atas puasa yang dilakukan. Meskipun takjil bisa dibuat bersama tapi sesekali merasakan sensasi antre panjang adalah sesuatu melatih kesabaran dan pengalaman berkesan.
Tidak tiap sore, kami sekeluarga menghabiskan mengantre mencari takjil. Sebab, tidak semua hal harus dituruti keinginan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Kadang kita sebagai orang tua mengajarkan untuk menikmati yang ada dengan menyulap persediaan yang ada. Namun, tak ada salahnya juga memanjakan lidah sesekali dan menikmati pengalaman unik menjelang sore. Pasar takjil yang dipenuhi banyak orang yang berburu dengan makanan kesukaan yang akan dinikmati saat berbuka.
Saat keluarga berkumpul lengkap membuat suasana lebih seru, ramai dan ceria. Apalagi biasanya rumah terasa sepi hanya bercanda berdua dengan anak balita. Waktu berdua memang tak lengkap bila tidak satu keluarga utuh. Apalagi pergi bersama untuk memanjakan lidah. Ada yang sibuk mencari gorengan, ada yang minuman favorit, dan melihat anak bingung memilih karena banyak aneka jajanan yang menggoda lidah. Di sini kita bisa selipkan ke anak-anak untuk berbagi kepada sesama agar dapat merasakan kebahagiaan seperti yang sedang kita rasakan.
Dalam satu keluarga biasanya memiliki makanan favoritnya masing-masing sehingga saat ke pasar Ramadan memerlukan waktu tak sebentar. ditambah antrean yang membuat hati ingin segera beranjak. Namun, itu sebuah pengalaman unik dan menjadikan tantangan menaklukan lapak-lapak yang biasa dipadati pembeli. Jika kita jadikan tantangan menambah suasana menjadi seru. Namun kita mesti tak berpangku tangan dan perlu menyiapkan siasat agar waktu lebih efisien dan apa yang kita dapat dapat sesuai harapan.
Membagi tugas
Belajar dari pengalaman tentu menjadikan pelajaran tersendiri. Begitu juga juga saat kita mengunjungi pasar Ramadan dan lapaknya membuat hati kadang mengeluh. Untuk itu, sebelum pergi kita bisa bagi tugas dan melakukan komunikasi dengan keluarga apa makanan favoritnya dan siapa yang akan membelinya. Hal ini untuk menghindari agar tidak mengantre berulang kali dan waktu yang digunakan bisa efisien sehingga fokus sama yang lain.
Datang ke lapak lebih awal